banner 600x50

Jakarta, katasulsel.com Kabar terbaru dari Pilkada Jakarta 2024 mengejutkan banyak pihak. Elektabilitas calon gubernur dan wakil gubernur nomor urut 3, Pramono Anung dan Rano Karno, diprediksi akan terus merangkak naik hingga hari pencoblosan. Tren positif ini, menurut juru bicara pasangan tersebut, Chico Hakim, tidak akan berhenti sampai pemilihan digelar. Apa yang sebenarnya terjadi di balik lonjakan elektabilitas ini?

Chico yakin, kunci kemenangan Pramono-Rano terletak pada satu hal yang belum banyak dibahas: masih banyaknya warga yang belum menentukan pilihan. “Pada prinsipnya kami bersyukur, tren kenaikan ini tidak akan berhenti sampai di sini. Masih banyak pemilih yang belum menentukan pilihannya,” ujarnya saat dihubungi Kamis (24/10/2024). Dari survei terbaru, terdapat persentase pemilih yang masih mengambang, yang diperkirakan akan condong pada pasangan ini.

Tapi tunggu dulu, ada fakta menarik yang mungkin belum terkuak sepenuhnya. Tingkat pengenalan Pramono Anung di Jakarta ternyata baru mencapai 61,2 persen, jauh di bawah rival utamanya, Ridwan Kamil, yang dikenal lebih luas. Lantas, bagaimana bisa elektabilitas Pramono melampaui Ridwan dalam survei? Inilah yang disebut Chico sebagai “dwi tunggal”, perpaduan sempurna antara Pramono dan Rano.

“Belum dikenalnya Mas Pram itu seharusnya menjadi hambatan, tetapi justru ini menunjukkan potensi besar. Kemenangan ini juga tak lepas dari popularitas Bang Doel, yang berhasil mendongkrak elektabilitas Pramono,” tambah Chico. Keunggulan Rano Karno, yang dikenal publik sebagai Bang Doel, menjadi daya tarik kuat yang menutupi kurangnya eksposur Pramono.

Dalam survei terbaru yang dirilis oleh Lembaga Survei Indonesia (LSI), Pramono-Rano bahkan berhasil unggul tipis dari pasangan nomor urut 1, Ridwan Kamil dan Suswono. Elektabilitas Pramono-Rano mencapai 41,6 persen, sementara Ridwan-Suswono turun menjadi 37,4 persen. Meski selisihnya tipis, tren penurunan pada pasangan Ridwan-Suswono patut diperhatikan, terutama karena mereka mengawali kampanye dengan posisi unggul.

Namun, jangan buru-buru menarik kesimpulan. Ada margin of error sebesar 2,9 persen dalam survei ini, yang membuat perolehan suara kedua paslon bisa bervariasi. Artinya, pertandingan belum selesai. Pramono-Rano mungkin unggul saat ini, tapi dengan margin yang ada, apa pun bisa terjadi menjelang hari pencoblosan.

Yang jelas, meski popularitas Ridwan Kamil masih menjadi magnet di kalangan pemilih Jakarta, duet Pramono-Rano tampaknya menemukan momentum yang tepat. Pertanyaannya, apakah warga Jakarta benar-benar akan memilih “dwi tunggal” ini atau masih ada kejutan yang menanti di tikungan terakhir Pilkada Jakarta 2024? Hanya waktu yang bisa menjawab.(*)