banner 600x50

Jakarta, Katasulsel.com — Di tepi pantai, ada harapan. Di Taman Impian Jaya Ancol, harapan itu terasa mulai pudar.

Pengunjungnya, ibarat daun kering yang terjatuh di musim gugur, berkurang hingga sepuluh persen tahun ini.

Ada cerita di balik angka ini. Cerita tentang harga tiket yang melambung tinggi, seperti ombak yang tidak pernah berhenti menghempas.

Pukul 12.00 WIB, matahari bersinar cerah, namun suasana di Pantai Ancol tampak sepi. Seolah menunggu kedatangan angin segar, hanya dua keluarga terlihat menikmati deburan ombak dan lembutnya pasir.

Di sisi lain, kawasan Dufan, dengan berbagai atraksi dan wahana, nampak lebih ramai. Seperti magnet, Dufan menarik pengunjung meski antrean tak mengular.

Di tengah kesunyian, Irma, seorang ibu asal Pluit, berdiri di tepi pantai. “Ancol butuh inovasi,” ujarnya, matanya menatap jauh ke laut.

“Setiap bulan harus ada sesuatu yang baru. Mungkin wahana lama yang sudah ditutup bisa dibuka lagi. Dulu ada permainan adrenalin, seperti nyebrang di atas kayu dan flying fox. Itu yang bikin kita datang!”

Ada nada kerinduan dalam suaranya, seperti lagu yang dinyanyikan oleh seorang pengembara yang merindukan rumah. Ia melanjutkan, “Renovasi wahana yang ada juga penting. Masyarakat perlu merasa aman.”

Namun, di balik harapan itu, ada realitas. Tiket masuk seharga Rp 30 ribu dinilai terlalu mahal untuk mereka yang hanya ingin menikmati pantai.

“Tapi buat sebagian orang, itu berat. Terutama jika hanya ingin bersantai,” tambahnya.

Senada dengan Irma, Ibnu, seorang pengunjung berusia 32 tahun, mengangguk. “Saya sih tidak masalah dengan harga tiket. Tapi untuk keluarga yang ingin hanya menikmati pantai, itu terasa mahal.”

Taman Impian Jaya Ancol, sebuah oase yang harus berjuang di tengah tantangan. Di satu sisi, pesona pantai menanti, di sisi lain, pengunjung memilih wahana yang lebih terjangkau.

Seperti dua sisi koin, keduanya saling mempengaruhi.

Saatnya bagi Ancol untuk merenung. Di tengah deburan ombak dan harapan pengunjung, ada tantangan untuk bangkit.

Memperbarui, menghidupkan kembali, dan menarik kembali hati pengunjung yang pernah setia. Dengan langkah kecil namun pasti, Ancol harus menemukan kembali ritme yang hilang.

Agar kembali menjadi tempat impian, bukan hanya sekadar tujuan. (*)