Sore yang sedikit muram, Jumat, 8 November 2024. Atap bumi di atas Kelurahan Sidenreng berwarna abu-abu. Senyap, seakan menunggu.
Oleh: Edy Basri
Di sudut-sudut jalan, bayangan pohon-pohon yang tak berdaun seperti menunduk, ikut berduka atas beratnya beban hidup sebagian warga di sana.
Tepat pukul 16.30 WITA, suara langkah berat sekelompok personil Sat Reskrim Polres Sidrap mulai terdengar di jalan kecil yang sedikit mendaki.
Dengan senyum tak pernah lekang, AKP Agung Rama Setiawan, S.I.K., M.Si., Kasat Reskrim Polres Sidrap, memimpin rombongan.
Di sisinya, Kanit Resmob IPDA Junaidi Khadafi, S.H, M.H., menyapa warga yang tak banyak bicara, hanya memandang penuh harap.
Hari itu, bukan sekadar patroli atau penangkapan. Bukan pula razia atau operasi seperti biasanya.
Mereka datang membawa sejumput kehangatan, harapan kecil dalam bungkusan sembako. “Jumat Berbagi,” demikian mereka menyebutnya.
Sebuah kegiatan yang bertujuan sederhana—menyebar senyum bagi mereka yang sering terlupakan.
Sebanyak 20 kepala keluarga berdiri berderet, menunggu dengan wajah tegang bercampur malu.
Ibu tua dengan raut wajah penuh guratan pengalaman hidup, anak-anak kecil yang memandang bingung namun penasaran.
Satu per satu, mereka menerima sembako yang diserahkan langsung oleh AKP Agung dan IPDA Junaidi. Masing-masing paket terasa ringan, tapi di balik itu, terkandung beratnya makna kepedulian.
Saat menerima paket, seorang nenek, dengan tangan gemetar, berkata lirih, “Saya tidak menyangka. Terima kasih, Nak… Tuhan yang membalas.” Suaranya bergetar, matanya basah, penuh rasa syukur.
Barangkali, dalam hidupnya, jarang ada yang datang untuk berbagi. Namun hari itu, ia tak sendiri.
Matahari perlahan mulai turun, seakan merendah menyaksikan senyum-senyum penuh rasa haru.
Warga yang awalnya malu kini sedikit demi sedikit menebar senyum. Meski singkat, momen itu berharga, meninggalkan bekas di hati mereka.
Pukul 17.15 WITA, kegiatan selesai dalam keadaan tertib. Para personel Sat Reskrim berpamitan, meninggalkan secuil kebahagiaan di hati setiap warga yang menerima.
Entah kapan mereka akan kembali, tapi satu yang pasti—kehadiran mereka hari itu memberi cerita yang akan diceritakan kembali, meski hanya sekilas.
Kelurahan Sidenreng kembali tenang, namun ada cahaya baru di sana, di hati yang tadinya kerap dirundung kesepian.(*)
Tinggalkan Balasan