banner 600x50

Hati Polri Robek, Masa Depan Cerah AKP Ulil Runtuh dalam Sekejap.

Oleh: Edy Basri

SUASANA duka masih menyelimuti keluarga dan institusi Polri setelah AKP Ryanto Ulil Anshar (34), Kasat Reskrim Polres Solok Selatan, meregang nyawa dengan cara yang memilukan.

Polisi muda yang cerdas dan penuh dedikasi asal Makassar ini, ditembak oleh rekan sejawatnya, AKP Dadang Iskandar (57). Sebuah tragedi yang tak hanya menorehkan luka mendalam, tapi juga menghancurkan impian Ulil yang seharusnya berkilau.

Di balik senyum dan harapan, Ulil sudah merancang masa depannya: kenaikan pangkat menjadi Kompol pada 2025 dan pernikahan dengan sang kekasih, seorang Polwan di Intelkam.

Keluarga di Makassar sudah menyambut rencana bahagia itu, mengenal calon istrinya yang sudah diakui.

Tapi, takdir berkata lain. Semua rencana itu kini tinggal kenangan yang hancur dalam peluru yang dilepaskan oleh orang yang seharusnya menjadi teman sejawat.

banner 250x250

Daniel Fery Mangin, paman Ulil, dengan berat hati menceritakan sosok keponakannya yang penuh perhatian dan semangat tinggi.

“Ulil ingin membangun keluarga yang harmonis. Semua harapan itu kini pupus, begitu cepat. Tak ada yang menyangka ini akan terjadi,” ujar Daniel, suaranya bergetar.

Penyelidikan masih berlanjut, namun dugaan konflik pribadi antara Ulil dan AKP Dadang Iskandar menjadi sorotan.

Penembakan oleh rekan satu institusi sendiri, di mana kepercayaan seharusnya menjadi dasar, mengguncang hati banyak orang. “Kami hanya ingin keadilan untuk Ulil. Pelaku harus dihukum seberat-beratnya,” tegas Daniel, penuh harap.

Ulil dikenal sebagai sosok yang disiplin dan berintegritas. Kehilangan sosok seperti dia adalah tamparan bagi Polri.

Keluarga tak hanya merasakan kehilangan, tapi juga kekecewaan mendalam. “Kami tidak pernah membayangkan ancaman itu datang dari dalam,” ungkap Daniel, yang kini menggantungkan harapan pada keadilan yang ditunggu.

“Manusia boleh merencanakan, tetapi Tuhan yang menentukan,” kata Daniel, penuh ketabahan.

Kepergian Ulil adalah peringatan bahwa risiko terbesar tidak hanya datang dari musuh di luar, tetapi juga bisa datang dari orang yang seharusnya menjadi rekan dalam perjuangan.

Kini, keluarga dan institusi Polri hanya bisa berharap, semoga keadilan menghapus luka yang dalam ini.(*)