Air di Tangan Dosa, Rahmat di Tepi Surga, kira-kira begitu metaporanya..
Oleh: Tipoe Sultan & Harianto
Malam itu, ia hanya seorang bayangan di bawah rembulan pucat. Wanita itu berdiri di tepi sumur tua, mengenakan pakaian lusuh yang menceritakan kisah hidupnya tanpa perlu kata-kata.
Di tangannya, seutas tali, dan di ujung tali itu, sebuah ember kecil.
Air mengalir deras dari ember, membasahi tanah tandus di bawah kakinya.
Ia menatap anjing itu, makhluk kurus dengan tulang yang menonjol, lidah menjulur ke luar seperti sedang mencicipi udara kering.
Si anjing mengeluh lirih, haus, kelaparan, hampir menyerah pada dunia yang tak peduli.
Wanita itu mengerti. Ia sendiri telah mengenal haus—bukan hanya haus air, tapi haus kasih, haus pengampunan, haus tempat berpulang.
Dengan hati yang terluka tapi tetap hidup, ia membungkuk.
Air di ember itu, yang tadinya ia pikir untuk dirinya sendiri, ia tuangkan perlahan ke tanah. Anjing itu maju, lidahnya menjilat tetes demi tetes.
Di tengah malam sunyi, tindakan kecil itu adalah pelukan alam semesta.
Rahmat Allah Melampaui Dosa
Kisah ini bukan hanya cerita rakyat; ia adalah hadis. Rasulullah SAW bersabda:
“Seorang wanita pezina diampuni dosa-dosanya karena memberi minum seekor anjing yang hampir mati kehausan. Maka Allah mengampuninya dan memasukkannya ke surga.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Siapa sangka, surga yang agung dapat diraih oleh tangan yang dulu kotor, oleh hati yang dulu gelap? Dalam Islam, rahmat Allah melampaui logika manusia.
Bersambung ke hal berikutnya….
Anjing, makhluk yang dianggap najis dalam fiqih, menjadi alasan pengampunan bagi seorang pelacur. Bukankah ini pelajaran besar?
Hati yang Memberi Adalah Hati yang Hidup
Wanita itu mungkin tak tahu hukum fikih.
Ia tak sempat berpikir tentang pahala atau dosa. Yang ia tahu, di depannya ada makhluk Allah yang menderita, dan ia memiliki kekuatan untuk mengurangi penderitaan itu.
Bukankah ini inti dari Islam? Rahmat. Kasih sayang. Kehidupan yang saling menghidupi. Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman:
“Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad), melainkan sebagai rahmat bagi seluruh alam.” (QS. Al-Anbiya: 107).
Mencari Makna di Balik Kisah
Kita sering sibuk dengan ibadah lahiriah: salat, puasa, zakat. Tapi bagaimana dengan ibadah batiniah? Rahmat itu laksana air, menyirami hati yang kering.
Seperti wanita itu, yang dosa-dosanya tak mampu membendung kasihnya, kita diajak untuk merenungkan apa yang benar-benar menghidupkan jiwa kita.
Anjing yang minum dari tangan wanita itu tak pernah tahu bahwa ia adalah jembatan menuju surga. Tapi kita tahu.
Kisah ini adalah pengingat, bahwa jalan menuju Tuhan tak selalu beraspal ibadah formal. Kadang, ia hadir dalam tetes air, di malam yang sunyi, di tangan yang memberi.
Surga mungkin lebih dekat daripada yang kita kira.
Tinggalkan Balasan