
Makassar, katasulsel.com — Amparita, sunyi. Tapi haru menyelinap pelan, Senin, 21 April 2025.
Di sebuah rumah sederhana, satu keluarga menatap masa depan dengan sedikit lega. Bukan karena harta. Tapi karena harapan.
Nama programnya: BPJS Gratis. Tapi bagi mereka, nilainya lebih dari sekadar jaminan kesehatan. Ini penyelamat hidup.
“Kami sekeluarga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Bupati Sidrap, H. Syaharuddin Alrif,” ujar La Baba dan istrinya, Yuli, suara lirih, mata berkaca.
Program itu, katanya, bukan hanya kebijakan. Tapi bukti nyata kehadiran negara di tengah rakyat kecil.

Awalnya, dari Puskesmas Amparita. Layanan dasar. Humanis. Dilanjutkan ke RS Nemal Pangkajene. Lalu RS Ainun Habibie Parepare. Dan kini, sedang proses rujukan ke RS Wahidin Sudirohusodo Makassar. Semua tertata secara sistemik, tanpa biaya sepeser pun.
“Kalau tidak ada BPJS gratis, mungkin kami sudah menyerah. Kami benar-benar sadar program BPJS Kesehatan yang selama ini diprogramkan Pak Bupati, sangat membantu,” bisik Yuli. Bersyukur.
Secara medis, kondisi yang dihadapi anggota keluarga mereka masuk kategori kronis. Butuh observasi lanjut.
Rangkaian diagnosis, terapi, hingga tindakan operatif. Prosedur yang dalam dunia kesehatan disebut continuum of care—perjalanan medis yang tak boleh terputus.
Dan semua itu, kini bisa dijalani. Berkat program. Berkat perhatian. Berkat keikhlasan pemimpin.
Kami rakyat kecil, kata La Baba, tak bisa membalas apa-apa. Kecuali doa. “Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan Bapak. Diberi sehat, diberi kuat, untuk terus memimpin daerah kami, Sidrap,” akunya.
Inilah suara dari Amparita. Ini benar-benar suara hati. Suara rakyat kecil seperti La Baba dan istrinya. Suara yang pelan. Tapi jujur. Dan sangat manusia. (edy)
Tinggalkan Balasan