Sidrap

Soppeng, Sidrap, Wajo dan Enrekang Berpotensi Hujan Ringan Minggu 11 Mei 2025

Cuaca hujan ringan

Makassar, katasulsel Gugusan daratan tengah Sulawesi Selatan—yang meliputi Kabupaten Sidrap, Soppeng, Wajo, dan Enrekang—diprediksi akan berada dalam pengaruh dinamika atmosfer tropis yang cukup aktif pada Minggu, 11 Mei 2025.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkap bahwa wilayah ini memiliki potensi mengalami hujan ringan hingga sedang, terutama pada sore hingga malam hari.

Fenomena ini muncul sebagai hasil interaksi kompleks antara pelemahan monsun Asia dan penguatan monsun Australia, dua sistem tekanan besar yang membentuk sirkulasi udara lintas benua. Perpaduan keduanya menciptakan Zona Konvergensi Monsunal, yaitu wilayah pertemuan angin yang memicu terbentuknya awan-awan konvektif—penghasil hujan.

Tak kalah penting, gelombang Rossby Ekuator, salah satu komponen dinamika atmosfer global, juga terdeteksi aktif melintas di wilayah Sulawesi. Gelombang ini membawa anomali kelembapan dan memperbesar peluang presipitasi, terutama di wilayah dataran tinggi dan kawasan lembah.

Ulasan Prakiraan Spesifik:

  • Sidrap (Sidenreng Rappang)
    Wilayah ini diprediksi akan mengalami hujan ringan di beberapa kecamatan seperti Baranti dan Panca Rijang. Suhu berkisar antara 24°C hingga 31°C, dengan kelembapan relatif sedang. Kondisi ini dapat memicu pertumbuhan awan cumulonimbus pada sore hari.
  • Soppeng
    Cuaca di Bumi Latemmamala diperkirakan bersifat labil, dengan kemungkinan hujan lokal disertai hembusan angin kencang, terutama di wilayah Liliriaja dan Lalabata. Penduduk diimbau menghindari aktivitas berat di luar ruangan menjelang petang.
  • Wajo
    Beberapa kecamatan seperti Tempe dan Tanasitolo berpotensi mengalami hujan sedang. Awan konvektif yang terbentuk akibat pemanasan permukaan tanah dapat berkembang cepat, disertai petir lokal.
  • Enrekang
    Kawasan dataran tinggi seperti Baraka dan Bungin diprediksi lebih berpeluang diguyur hujan ringan. Sementara wilayah lain cenderung berawan. Variasi suhu di daerah pegunungan mempengaruhi ketidakstabilan atmosfer secara vertikal.

“Kita sedang memasuki fase transisi musim atau masa pancaroba, di mana intensitas hujan tidak sekuat musim hujan, tetapi aktivitas atmosfer sangat fluktuatif,” ujar seorang analis cuaca BMKG Wilayah IV Makassar.

BMKG merekomendasikan agar masyarakat tidak mengabaikan potensi hujan ini, sebab pancaroba kerap memicu kejadian cuaca ekstrem berskala lokal seperti hujan lebat singkat, angin puting beliung, dan pohon tumbang.

Langkah Antisipatif:

  • Pastikan talang air dan drainase rumah bersih dari sumbatan.
  • Tunda aktivitas luar ruangan di sore hari jika langit mulai menunjukkan gejala pembentukan awan vertikal.
  • Ikuti perkembangan prakiraan resmi dari BMKG melalui aplikasi atau kanal informasi daring (awis)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tutup
Exit mobile version