banner 640x200

Koloni Ini Hidup di Wajahmu, Menyeramkan.. Tapi Dia Sesungguhnya ‘Teman’ Sejak Lahir

Koloni Ini Hidup di Wajahmu, Menyeramkan..Dia 'Teman' Sejak Kita Lahir

Setiap kali Anda bercermin, yang tampak hanyalah kulit wajah Anda. Bersih, lembap, mungkin sedikit berminyak atau kering.

Namun di balik permukaan yang terlihat, ada dunia mikro yang hidup — nyaris tak terlihat, namun sangat nyata. Salah satu penghuni tetapnya adalah Cutibacterium acnes, bakteri kecil yang menjadi bagian dari ekosistem mikrobioma kulit manusia.

Cutibacterium acnes (sebelumnya dikenal sebagai Propionibacterium acnes) adalah bakteri Gram-positif anaerobik yang bersifat commensal, artinya hidup berdampingan dengan manusia tanpa menimbulkan gangguan besar.

Ia bersarang terutama di folikel rambut dan kelenjar sebasea (kelenjar minyak), terutama pada area wajah, dada, dan punggung.

Walaupun sering dikaitkan dengan jerawat (acne vulgaris), C. acnes bukan musuh utama. Faktanya, ia adalah bagian penting dari microbiota kulit, komunitas mikroorganisme yang membantu menjaga keseimbangan dan kekebalan alami kulit.

Sebagian besar orang menganggap kulit yang bersih sebagai “bebas bakteri”. Ini adalah persepsi yang keliru. Kulit yang sehat justru kaya akan flora normal, termasuk Staphylococcus epidermidis, Malassezia spp., hingga Demodex folliculorum (ya, ini adalah sejenis tungau mikroskopis yang hidup di pori-pori Anda).

Cutibacterium acnes bekerja diam-diam. Ia memfermentasi lipid dari sebum (minyak kulit), menghasilkan asam lemak yang dapat menurunkan pH kulit dan membantu menghambat pertumbuhan mikroba patogen.

Dalam konteks ini, C. acnes adalah mikroorganisme mutualistik — bekerja bersama tubuh Anda untuk mempertahankan kesehatan kulit.

banner 300x600

Namun dalam kondisi tertentu — seperti kelebihan produksi sebum, pori-pori tersumbat, atau reaksi imun yang berlebihan — C. acnes bisa berubah menjadi opportunistic pathogen, memicu peradangan dan membentuk pustula jerawat.

Dalam dekade terakhir, studi tentang human microbiome telah merevolusi pemahaman kita tentang hubungan antara manusia dan mikroorganisme.

Proyek Human Microbiome Project (HMP) yang dimulai oleh National Institutes of Health (NIH) Amerika Serikat mengungkapkan bahwa setiap orang membawa sekitar 1–2 kilogram mikroorganisme dalam tubuhnya — sebagian besar berada di saluran cerna, namun juga banyak di kulit, mulut, dan hidung.

Di wajah manusia, para peneliti menemukan bahwa jumlah mikroba bisa mencapai lebih dari 1 juta unit pembentuk koloni (CFU) per sentimeter persegi. Ini adalah simbiosis yang rapat, teratur, dan secara fungsional penting.

Pemahaman bahwa bakteri seperti C. acnes adalah bagian dari keseimbangan kulit telah mengubah pendekatan dalam perawatan kulit. Alih-alih “membasmi” semua bakteri, tren kini bergeser ke arah skincare mikrobiomik — produk yang dirancang untuk mempertahankan atau memulihkan flora alami kulit.

Beberapa pendekatan inovatif yang sedang dikembangkan meliputi prebiotik untuk memberi makan bakteri baik, probiotik topikal yang mengandung strain hidup, serta postbiotik — yaitu hasil fermentasi bakteri yang bermanfaat untuk kulit.

Bakteri di wajah kita bukanlah musuh, melainkan bagian dari sistem ekologi kulit yang kompleks dan adaptif. Cutibacterium acnes adalah bukti nyata bahwa mikroorganisme dapat hidup berdampingan, bahkan membantu manusia, selama keseimbangan terjaga.

Jadi, lain kali Anda mencuci muka, ingatlah — Anda tak pernah benar-benar sendirian. Ada miliaran sekutu mikroskopis yang bekerja menjaga kulit Anda tetap sehat, meski mereka tak pernah mendapat ucapan terima kasih. (*)

Edy Basri

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tutup
banner 1920x480