Makassar

Malam Seribu Pelita, Umat Buddha Makassar Rayakan Waisak Penuh Haru

Makassar, Katasulsel.com — Dalam balutan malam yang hening, ratusan umat Buddha di Kota Makassar larut dalam kekhusyukan. Seribu pelita menyala, menari lembut di tengah angin malam, menerangi langkah-langkah penuh makna yang mengelilingi pohon Bodhi suci. Tiga kali mengitari, tiga kali berdoa dalam diam, membawa harapan dan kebajikan menuju alam semesta.

Perayaan Tri Suci Waisak di Vihara Griinaga bukan sekadar seremoni. Ia adalah perenungan. Sebuah perjalanan spiritual untuk kembali menyelami ajaran Sang Buddha. Dalam suasana syahdu, 16 Bhikkhu Sangha yang didatangkan langsung dari Sri Lanka turut memimpin persembahyangan. Umat menunduk khidmat, menyatu dalam doa dan damai.

Ketua Vihara, Ray Ruslim, menyampaikan pesan mendalam. “Setiap pelita yang dinyalakan adalah simbol kebajikan, simbol aditana yang menyinari hidup. Semoga dari cahaya ini, umat memperoleh kebijaksanaan dan mencapai nikbana,” ujarnya lirih, seraya menatap umat yang tengah memanjatkan puja bakti.

Di antara ratusan pelita yang menyala, ada suara hati yang berbisik jujur. Seperti disampaikan oleh Joki, salah satu umat yang hadir malam itu. “Waisak bagi saya bukan tentang perayaan luar. Ini momen untuk masuk ke dalam diri, melihat kembali seberapa jauh kita sudah menjalani ajaran Buddha dalam hidup sehari-hari.”

Tak ada dentuman musik. Tak ada gemerlap pesta. Yang ada hanya pelita, doa, dan keheningan yang menyatukan semua hati dalam satu makna: cinta kasih, kebijaksanaan, dan pembebasan. Di malam itu, Makassar bukan sekadar kota, tapi menjadi ruang suci yang memeluk harapan umat akan dunia yang lebih damai dan tercerahkan.

Editor: Edy Basri I Reporter: Harianto

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tutup
Exit mobile version