Adu Kuat, Angkasa Vs Syukur di Tengah Krisis Elektoral PAN Sidrap
Sidrap, Katasulsel.com — Dinamika internal Partai Amanat Nasional (PAN) Sidrap memasuki babak krusial menjelang Musyawarah Daerah (Musda) pemilihan Ketua DPD.
Dua figur sentral, Syukur Rabaiseng dan Muhammad Angkasa, tengah bersaing ketat memperebutkan tampuk kepemimpinan partai.
Pertarungan ini bukan sekadar soal posisi, melainkan momen penentuan arah strategis untuk mengatasi krisis elektoral yang telah mendera PAN Sidrap selama hampir satu dekade terakhir.
PAN Sidrap secara empiris mengalami decline elektoral signifikan. Pada Pemilu Legislatif 2014–2019, partai masih mampu mengamankan 3 kursi DPRD.
Namun, tren ini menurun pada 2019–2024 menjadi 2 kursi, dan anjlok drastis di periode 2024–2029 dengan hanya menyisakan satu kursi, yang kini dipegang oleh Syukur Rabaiseng.
Fenomena ini menggambarkan terjadinya erosion of political capital atau peluruhan modal politik yang cukup serius.
Ketua DPD PAN Sidrap saat ini, Andi Fachry A. Bagenda Ali, dipastikan tidak akan mencalonkan diri kembali, membuka ruang kompetisi yang fair namun tajam antara dua tokoh muda partai: Syukur Rabaiseng yang menjabat Sekretaris DPD, dan Muhammad Angkasa sebagai Bendahara DPD.
Dalam konteks teori elite competition atau kompetisi elit partai, keduanya merepresentasikan dua kutub kekuatan yang berbeda dalam tubuh PAN Sidrap.

Syukur, dengan latar belakang birokratik dan pengalaman struktural sebagai sekretaris, mengusung pendekatan konsolidatif dan retorika restorasi institusional.
Sementara Angkasa, dengan citra milenial dan pendekatan organisatoris, menawarkan model kepemimpinan transformasional yang menekankan regenerasi kader dan optimalisasi sumber daya elektoral.
Pengamat politik lokal menilai, Musda kali ini tidak bisa dilihat sebagai seremoni formal belaka. “Ini adalah titik balik strategis bagi PAN Sidrap. Jika salah memilih nakhoda, maka partai ini bisa mengalami partisan fragmentation atau bahkan political marginalization di Sidrap,” ujar seorang akademisi di Sidrap.
Publik internal PAN kini menanti, siapa yang lebih layak dipercaya mengangkat kembali marwah partai: Syukur yang mewakili kesinambungan dan rekam jejak elektoral, atau Angkasa yang mengusung narasi perubahan dan revitalisasi?
Satu hal yang pasti, Sidrap membutuhkan ketua DPD PAN yang kompeten secara ideologis, adaptif secara struktural, dan responsif terhadap aspirasi politik konstituen. Tanpa itu, PAN Sidrap hanya akan menjadi penonton dalam kontestasi politik lokal ke depan.al ke depan. (*)
Harianto