Soppeng

RSUD Latemmamala Disorot, Bupati Soppeng Ultimatum: Jangan Main-main dengan Pelayanan Publik

Soppeng, Katasulsel.com — Kunjungan mendadak Bupati Soppeng, H. Suwardi Haseng, ke RSUD Latemmamala pada 8 Mei 2025 berubah menjadi inspeksi penuh kritik. Ia mengungkapkan kekecewaannya terhadap kondisi fasilitas dan kualitas layanan rumah sakit, yang dinilai jauh dari standar pelayanan publik yang layak.

“Saya datangi RSUD untuk memastikan apa yang kita perjuangkan selama ini berjalan dengan baik. Ternyata justru saya menemukan masalah yang lebih besar,” ujar Suwardi.

Antrean pasien yang mengular, server pendaftaran rusak, toilet tidak layak pakai, hingga plafon bocor di ruang THT menjadi catatan serius. Bupati menegaskan bahwa perbaikan harus segera dilakukan secara menyeluruh, bahkan memberi tenggat waktu sebulan.

“Saya mau semua rampung dalam sebulan. Kalau perlu toiletnya dibuat setara toilet bintang lima,” tegasnya.

Ia juga menemukan minimnya kompetensi tenaga medis pada unit-unit krusial, seperti instalasi jantung dan mata. Staf yang belum mahir dinilai menghambat efektivitas layanan.

“Staf yang belum cakap, ganti saja. Tempatkan orang yang memang ahli. Jangan biarkan masyarakat menunggu karena kelalaian sistem,” katanya.

Tak hanya berbicara soal layanan, Suwardi juga membeberkan bahwa utang RSUD Latemmamala yang sempat menyentuh angka hampir Rp 20 miliar, kini sudah ditekan menjadi Rp 1,7 miliar. Langkah ini dilakukan agar rumah sakit bisa kembali fokus menjalankan fungsi vitalnya sebagai penyedia layanan kesehatan utama masyarakat.

Namun pernyataan Bupati menuai respons dari kalangan aktivis kesehatan publik di Makassar, Ibrahim Agus, menilai bahwa kemarahan kepala daerah tidak boleh berhenti pada wacana.

“Geram itu wajar. Tapi sekarang saatnya bertindak. Kalau manajemen gagal menghadirkan perubahan, maka langkah strategis seperti evaluasi menyeluruh, bahkan pergantian pimpinan rumah sakit, harus dilakukan,” ucap Ibrahim, terpisah.

Menurutnya, pelayanan kesehatan yang prima harus berbasis pada integrasi sistem, kompetensi tenaga, dan manajemen risiko yang matang. Ketika antrean panjang terjadi karena SDM tak terlatih, itu mencerminkan lemahnya sistem pelatihan internal dan pengawasan.

Direktur RSUD Latemmamala, dr. Sitti Mudirusniah, merespons kritikan ini dengan menyatakan bahwa pihaknya segera melakukan pembenahan di seluruh lini. Mulai dari pencahayaan, fasilitas toilet, hingga kompetensi tenaga medis di seluruh poliklinik akan ditingkatkan.

“Insyaallah, bulan depan semua layanan poliklinik akan diisi oleh tenaga-tenaga yang sudah mahir,” jelasnya.

Kini publik menanti: apakah pernyataan tegas Bupati akan menjadi pemicu reformasi mendalam, atau hanya peringatan sesaat. Pelayanan kesehatan adalah barometer kepercayaan rakyat terhadap pemerintah. Jika rumah sakit daerah masih dibiarkan berjalan tanpa arah, maka yang sakit bukan hanya pasien—melainkan sistem itu sendiri.(*)

Editor: Edy Basri l Reporter: Harianto

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tutup
Exit mobile version