Fatmawati Sebut Isu RMS Pindah Partai Hanyalah Distorsi, Bagian dari Noise Politik Saja
Makassar, katasulsel.com — Spekulasi liar yang menyasar Ketua DPW Partai NasDem Sulsel, Rusdi Masse (RMS), yang dikabarkan akan hengkang ke Partai Solidaritas Indonesia (PSI), menemui jalan terang. Sebuah bantahan tegas datang dari sosok yang paling berwenang secara personal dan politis: istri RMS, sekaligus Wakil Gubernur Sulsel, Fatmawati Rusdi.
Dalam pernyataan publiknya yang sarat akan sinyal simbolik dan komunikasi politik strategis, Fatmawati Rusdi menyebut bahwa suaminya, RMS, tetap setia pada Partai NasDem. Ia menilai isu perpindahan tersebut sebagai bagian dari noise politik — gangguan dalam jalur komunikasi politik yang tidak berbasis pada fakta atau parameter rasional.
“Saya hadir di Bimtek ini justru sebagai bentuk afirmasi ideologis dan loyalitas struktural terhadap Partai NasDem,” ujar Fatmawati saat menutup kegiatan Bimbingan Teknis anggota DPRD NasDem se-Sulsel di Hotel Four Points by Sheraton Makassar, Sabtu (17/5/2025).
Lebih lanjut, Fatmawati menyampaikan bahwa ketidakhadiran Rusdi Masse dalam kegiatan tersebut bukan karena jarak politik, melainkan karena sedang menjalankan misi strategis DPP Partai NasDem. RMS dikabarkan tengah melakukan konsultasi intensif dengan Ketua Umum Surya Paloh guna mempersiapkan Rakornas Partai NasDem, yang secara signifikan akan digelar di Makassar pada Agustus mendatang.
“Penunjukan Sulsel sebagai tuan rumah Rakornas adalah bentuk legitimasi politik sekaligus validasi struktural bahwa RMS masih berada dalam orbit kekuasaan inti Partai NasDem,” tegas Fatmawati.
Fenomena ini mencerminkan apa yang dalam teori komunikasi politik disebut sebagai strategic ambiguity — praktik membiarkan isu berkembang liar untuk menguji kekuatan persepsi publik dan fleksibilitas internal partai. Namun, Fatmawati Rusdi tampil sebagai aktor yang memilih untuk tidak berspekulasi, melainkan mengedepankan assertive response berbasis narasi otoritatif.
Isu RMS ke PSI bisa dibaca sebagai bagian dari black noise, sebuah teknik disinformasi politik yang ditujukan untuk mengganggu stabilitas citra dan kohesi internal partai menjelang momentum besar, dalam hal ini Rakornas.
PSI, sebagai partai dengan gaya komunikasi populistik dan high exposure digital, mungkin dianggap memiliki daya tarik tersendiri. Namun bagi tokoh senior seperti RMS, loyalitas bukan sekadar pilihan rasional, melainkan path dependency politik yang telah terbangun selama bertahun-tahun.
Penunjukan Sulsel sebagai tuan rumah Rakornas, dalam kacamata institutional signaling, adalah bukti bahwa Surya Paloh masih menaruh kepercayaan penuh terhadap RMS sebagai guardian of regional legitimacy untuk Partai NasDem di Timur Indonesia.
Kehadiran Fatmawati dalam forum Bimtek menjadi performative politics — di mana simbol kehadiran justru memuat makna konfirmasi dan klarifikasi dalam satu narasi politik yang koheren.
Dalam atmosfer politik yang semakin sarat kompetisi menjelang Pilkada 2024 dan konsolidasi pasca-Pemilu, spekulasi seperti ini akan terus bermunculan. Namun klarifikasi dari Fatmawati Rusdi menunjukkan bahwa loyalitas RMS terhadap Partai NasDem masih sangat solid, dan justru makin diperkuat oleh posisi strategis yang sedang dijalankan dalam lingkaran pusat kekuasaan partai. (*)
Editor: Edy Basri I Reporter: Harianto
Tinggalkan Balasan Batalkan balasan