Koperasi Merah Putih, Ini Kata Dosen Unipol di Soppeng

Soppeng, Katasulsel.com – Di tengah euforia dan harapan baru pasca-terpilihnya Presiden Prabowo Subianto, muncul satu kebijakan ekonomi yang menarik perhatian banyak pihak, yakni program Koperasi Merah Putih.

Inisiatif ini diposisikan sebagai instrumen strategis untuk memperkuat ekonomi kerakyatan dan memperkecil disparitas sosial-ekonomi antardaerah di Indonesia.

Salah satu dukungan penuh terhadap gagasan ini datang dari kalangan akademisi, yakni Ibrahim, S.E., M.M., dosen manajemen di Universitas Lamappapoleonro (UNIPOL) di Kabupaten Soppeng, Sulawesi Selatan.

Dalam pandangan akademisnya, Ibrahim menilai Koperasi Merah Putih sebagai bentuk konkret dari implementasi prinsip participatory development dan economic democratization yang telah lama dinantikan rakyat kecil.

banner pendaftaran mahasiswa baru

Selamat ya, ini kesempatan baik meraih cita dan cinta menjadi seorang profesional hukum.

“Program ini tidak sekadar simbolik, tapi menunjukkan niat serius untuk membangun sistem ekonomi yang berdaulat dan inklusif. Koperasi Merah Putih adalah upaya mendirikan ulang kemandirian ekonomi nasional berbasis komunitas,” ujar Ibrahim saat diwawancarai oleh Katasulsel.com, Selasa, 20 Mei 2025.

Ekonomi Kerakyatan sebagai Pilar Ketahanan Nasional

Mengutip teori people-centered development, Ibrahim menyebut bahwa koperasi adalah entitas ekonomi yang ideal untuk menjembatani pertumbuhan dengan pemerataan.

Di negara-negara Skandinavia, koperasi menjadi kekuatan ekonomi yang tidak hanya menstabilkan harga komoditas tetapi juga menjadi wahana penguatan social capital masyarakat.

“Kita tidak boleh terpaku pada logika trickle-down effect semata. Koperasi mampu membalik arus ketimpangan melalui bottom-up economic empowerment.

Dengan catatan: harus ada transparansi, manajemen profesional, dan adopsi digitalisasi,” jelas Ibrahim, yang juga aktif dalam program pengembangan UMKM lokal.

banner 300x600

Peran Strategis Perguruan Tinggi dalam Ekosistem Koperasi

Dalam konteks pembangunan berbasis quadruple helix—yakni sinergi antara pemerintah, dunia usaha, masyarakat sipil, dan perguruan tinggi—kampus memiliki peran kunci dalam mendampingi koperasi-koperasi rakyat agar bertahan dan tumbuh di era kompetisi global.

Ibrahim menyoroti pentingnya pelibatan civitas akademika dalam riset-riset terapan, penguatan tata kelola, hingga pelatihan SDM koperasi. Menurutnya, koperasi harus dikawal agar mampu naik kelas, dari koperasi konsumtif menuju koperasi produktif yang terintegrasi dalam rantai pasok nasional dan internasional.

“Di sinilah kampus harus hadir. Bukan hanya dalam konteks pengabdian masyarakat, tapi juga dalam kerangka knowledge transfer yang sistemik,” ujarnya.

Digitalisasi sebagai Pendorong Akselerasi

Lebih jauh, Ibrahim juga menekankan urgensi digitalisasi koperasi agar tidak tertinggal dalam persaingan. Menurutnya, koperasi Merah Putih harus memiliki digital architecture sendiri—mulai dari aplikasi keuangan, sistem distribusi berbasis platform, hingga integrasi dengan marketplace nasional.

“Koperasi masa depan adalah koperasi yang tech-savvy, yang mampu menyambungkan petani dengan pasar, nelayan dengan pembeli, UMKM dengan investor. Ini perlu political will dan keberanian reformasi,” tegasnya.

Misi Sosial-Ekonomi yang Tak Terpisahkan

Bagi Ibrahim, spirit dari Koperasi Merah Putih tidak hanya berhenti pada penguatan ekonomi rakyat, tetapi juga menjadi simbol pemulihan kepercayaan terhadap sistem yang lebih adil dan merata.

“Kita bicara tentang economic justice. Ini adalah perlawanan halus terhadap ekonomi ekstraktif dan konsentrasi modal. Program ini harus dipahami sebagai socio-economic reform, bukan sekadar program sektoral,” ujar akademisi yang juga dikenal vokal dalam isu-isu pemberdayaan desa tersebut.

Penutup: Harapan dari Tanah Bugis untuk Indonesia

Sebagai putra daerah Sulawesi Selatan, Ibrahim merasa terpanggil untuk memberikan kontribusi nyata dari kampus daerah. Ia menegaskan, bahwa kebijakan ekonomi seperti Koperasi Merah Putih hanya akan berhasil jika ada collective ownership dari seluruh elemen bangsa.

“Kami di Soppeng, di kampus kami, siap menjadi bagian dari gerakan ini. Negara harus hadir, rakyat harus dilibatkan, dan kampus harus menjadi pelita perubahan,” pungkas Ibrahim.

Dengan dukungan dari para akademisi daerah seperti Ibrahim, Koperasi Merah Putih diharapkan bukan sekadar jargon politik, melainkan jalan menuju transformasi ekonomi yang berkeadilan, berkelanjutan, dan berakar pada kekuatan bangsa sendiri. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tutup
banner 1920x480