Selamat Jalan Jenderal.. Komjen (Purn) Jusuf Manggabarani
Buku itu diam-diam dibaca banyak perwira muda. Sebagian mengutipnya dalam pidato, sebagian lagi menjadikannya rujukan dalam memahami apa artinya menjadi polisi yang setia pada rakyat dan tidak goyah oleh kuasa.
Kini, setelah ia pergi, gema langkahnya masih terasa. Di antara lorong-lorong kantor polisi yang pernah ia singgahi, di barak-barak yang dulu menjadi tempatnya melatih disiplin, di ruang-ruang rapat tempat ia mengubah keputusan menjadi jalan keluar, dan terutama di hati orang-orang yang pernah disentuh oleh ketegasan dan kebaikannya.
Besok, jenazahnya akan diterbangkan ke Jakarta dan dimakamkan dengan upacara kehormatan negara. Tapi lebih dari itu, ia telah lebih dulu dimakamkan di tempat yang lebih abadi—di dalam ingatan kolektif sebuah bangsa yang tahu bagaimana menghargai pejuang yang tulus.
Tidak semua jenderal meninggalkan cerita. Tapi Jusuf Manggabarani bukan semua jenderal. Ia adalah pengecualian yang meninggalkan jejak panjang, bukan hanya di institusinya, tapi di dalam kesadaran bahwa keberanian bisa datang dengan senyap, tanpa sorak-sorai, namun tetap kokoh dan utuh.
Selamat jalan, Jenderal. Tak ada sirene pengiring yang bisa menggambarkan penuh hormat kami padamu. Tapi diam kami hari ini adalah bentuk paling dalam dari penghormatan itu. (*)
Tinggalkan Balasan Batalkan balasan