Selamat Jalan, Tamu Allah dari Sidrap

Matahari belum tinggi. Tapi cahaya sudah jatuh di pelataran Masjid Agung Pangkajene, Rabu pagi, 28 Mei 2025.

Oleh: Edy Basri

Angin pelan-pelan menyapu sorban, menyejukkan pipi yang basah oleh air mata.
Di sana, 71 jiwa bersiap menjemput panggilan langit.

Mereka bukan pelancong. Mereka tamu Allah.

Sebanyak 71 Calon Jamaah Haji Khusus dari PT. An-Nur Maarif dilepas secara resmi.
68 di antaranya berangkat dari pelataran Masjid Agung, dengan tiga bus yang membawa lebih dari sekadar tubuh—tapi juga doa, harap, dan rindu akan ampunan.

Tiga lainnya menyusul dari titik berbeda, untuk kemudian transit bersama di Hotel Dalton Makassar.
Dari sana, mereka akan menyatu.
Satu barisan. Satu niat. Satu tujuan: Baitullah.

“Ini bukan perjalanan biasa,” kata Fajar Hari Sandy.
Sederhana ia bicara, tapi dalam maknanya.

Fajar bukan ustaz. Bukan juga kyai.
Ia Front Office PT. An-Nur Maarif. Tapi kata-katanya menusuk sunyi pagi itu.

“Setiap langkah mereka adalah langkah menuju ampunan dan kemuliaan,” bisiknya, seolah tak ingin mengganggu gemetar di dada para keluarga yang melepas.

Rutenya tak sederhana: Makassar – Singapura – Jeddah.
Tapi tak ada keluhan.
Karena mereka tahu, setiap meter adalah meter ke surga.
Maskapai Scoot hanya alat, sejatinya mereka diterbangkan oleh rindu.

Rindu pada Ka’bah.
Pada kisah Ibrahim.
Pada zamzam yang tak pernah kering.
Pada Mina yang menyimpan pelajaran.
Pada Arafah yang menyimpan pengampunan.

banner 300x600

PT. An-Nur Maarif bekerja dalam diam. Penuh kehati-hatian.
Detail teknis disusun rapi, tapi tak melupakan yang batin.
Karena haji bukan hanya soal paspor dan koper.
Tapi juga soal niat dan nurani.

Di belakang bus yang berlalu, para tangan melambai.
Ada istri yang menggenggam tasbih sambil menahan tangis.
Ada anak yang berdiri terpaku, tak paham mengapa ayahnya harus pergi sejauh itu.
Ada ibu yang merapal doa sambil memeluk gamis pemberian sang anak.

Tangisan jatuh. Tapi bukan tangisan kehilangan.
Itu air mata bangga. Air mata syukur.

Hari itu, Sidrap tak hanya melepas 71 orang.
Ia melepas 71 doa berjalan.
71 cahaya yang sedang menuju puncak hidupnya.
Menuju tanah suci, membawa nama desa dan kota kecil ini ke depan Ka’bah.
Menyebut-nyebut Sidrap dalam sujud panjang di padang Arafah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tutup