Mereka Juga Manusia, Mase—Gustina—Asmiranda di Tanasitolo Wajo Hanya Ingin Sehat
Catatan Kemanusiaan dari Dusun Tanjong Manik, Desa Assorajang, Kecamatan Tanasitolo, Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan.
Oleh: Edy Basri
Mase, Gustina dan Asmiranda. Tiga nama, tiga manusia.
Ya. Mereka bukan tokoh novel, bukan tokoh sinetron.
Mereka nyata. Di antara kita.
Tiga nama dari Dusun Tanjong Manik, Desa Assorajang, Kecamatan Tanasitolo, Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan.
Hidup. Tapi seperti ditinggalkan oleh dunia.
Ikatan Wartawan Online (IWO)
Sidenreng Rappang
Mengucapkan Selamat Atas Terpilihnya:
- Darwis Pantong — Ketua PWI Sidrap
- Arief Aripin., S.H — Sekretaris PWI Sidrap
- Darwis Junudi — Bendahara PWI Sidrap
Semoga Amanah Dalam Menjalankan Tugas.
Edy Basri., S.H.
(Ketua IWO Sidrap)
Jumat, 30 Mei 2025. Rumah mereka dikunjungi oleh Andi Mario, Ketua Yayasan LAZ Wajo Berseri.
Bersama pemerintah desa dan Dinas Sosial.
Bukan membawa belas kasihan. Tapi membawa keputusan.
“Kami sudah kunjungi rumah mereka. Insyaallah hari ini ketiganya akan dirujuk. Karena RS Dadi masih penuh, jadi akan dialihkan ke RS Sayang Rakyat Makassar,”
— Andi Mario
Mereka bukan gila. Mereka hanya sakit. Dalam istilah medis: ODGJ — Orang Dengan Gangguan Jiwa.
Sama seperti flu. Sama seperti demam.
Gangguan mental juga penyakit.
Neurotransmitter yang kacau. Dopamin tidak seimbang. Serotonin berperang dalam senyap.
Dan mereka sudah cukup lama bertahan.
Tanpa perawatan. Tanpa fasilitas. Bahkan tanpa suara.
Mase (43 tahun),
Asmiranda (23 tahun) — anak kandung Mase,
Gustina (35 tahun) — saudara Mase.
Satu keluarga.
Tiga penderita.
Satu titik terang.
Pasca diviralkan, bantuan berdatangan: Sembako, Transfer dana, Doa yang diketik diam-diam serta simpati yang membanjiri kolom komentar
Namun ada luka lain yang tertinggal.
Foto dan video mereka tersebar. Dalam kondisi dirantai, dalam keadaan terbuka auratnya.
Andi Mario mewakili keluarga, bicara:
“Kami mohon kepada warganet untuk menghapus dan tidak lagi menyebarkan foto atau video mereka, terutama yang menunjukkan kondisi memprihatinkan. Ini demi psikologis mereka. Jangan sampai, saat mereka sembuh, mereka justru malu melihat masa lalunya.”
Sekretaris Dinsos P2KB P3A Wajo, Warmansyah, menyatakan, pemerintah bergerak cepat.
“Kami akan segera menindaklanjuti dan mengoordinasikan proses rujukan ke rumah sakit di Makassar,” ujarnya.
Ini bukan tentang mereka yang banyak menyebut mereka gila.
Ini tentang kita yang terlalu lama diam.
Tentang manusia yang hanya ingin kembali jadi manusia.
Tanpa rantai. Tanpa stigma. Tanpa dijadikan tontonan.
Jika kita bisa menyebarkan kesedihan,
mengapa tak sekalian menyebarkan penyembuhan?Jika kita bisa membuat viral luka,
mengapa tak kita viralkan harapan? (*)
📢 Ikuti Katasulsel.com di WhatsApp!
Dapatkan berita terpercaya dan update setiap hari langsung di ponsel Anda.
👉 Klik di sini & tekan Ikuti
Tinggalkan Balasan Batalkan balasan