Empat Nama, Satu Kursi: Sekda Sidrap dan Tafsir Visi Bupati
Menakar Kapasitas, Mengukur Kepatuhan, Menimbang Masa Depan Para Calon Sekda Sidenreng Rappang (Sidrap)
Oleh: Edy Basri
BIROKRASI tak selalu kaku. Kadang berdenyut. Seperti sekarang, saat empat figur terbaik Sidrap memasuki babak akhir seleksi Sekretaris Daerah (Sekda).
Jabatan strategis. Sangat politis, namun tetap teknokratik. Tempat di mana visi Bupati harus diterjemahkan menjadi aksi.
Di sinilah kapasitas diuji, loyalitas diukur, dan kesetiaan terhadap sistem diuji di balik meja.
Empat nama itu adalah: Andi Rachmat Saleh, Rohady Ramadhan, Nasruddin Waris, dan Ikbal Tadjuddin.
Dan mereka telah melalui semua tahap awal seleksi:
Mulai dari seleksi administrasi yang menuntut kelengkapan dokumen sesuai regulasi Undang-Undang ASN, hingga tahapan assessment center — yang mengukur kemampuan kepemimpinan, perencanaan strategis, dan manajemen konflik secara ilmiah.
Kini, mereka bersiap masuk ke gerbang terakhir: wawancara akhir dan pembuatan makalah. Di sinilah esensi kepemimpinan mereka akan dituangkan: lewat kata, gagasan, dan arah visi ke depan.
Selanjutnya?
Dari keempat nama itu, tiga besar akan dipilih oleh Panitia Seleksi (Pansel).
Tiga nama terbaik.
Pansel menyerahkannya ke Bupati.
Dan Bupati — sebagai pemilik visi pembangunan daerah — mengusulkan satu nama ke Kementerian Dalam Negeri, untuk mendapat persetujuan sebagai Sekda definitif.
Rohady Ramadhan, dikenal sebagai birokrat senior dengan pengalaman panjang. Mantan Inspektur, kini Kepala Dinas Koperasi, UKM dan Tenaga Kerja. Ia paham regulasi, terbiasa mengawal prinsip akuntabilitas dan transparansi.
Ia juga akademisi — mampu membawa logika ilmiah ke dalam pengambilan kebijakan. Dalam teori birokrasi modern, ia masuk tipe knowledge-based leader.
Nasruddin Waris, tenang dan penuh perhitungan. Sebagai Asisten di Setda, ia tahu ritme birokrasi.
Menguasai administrative networking, ia cerdas merawat hubungan antar-OPD dan mampu membaca arah pimpinan. Meski waktu pensiunnya relatif dekat (2028), pengalamannya jadi nilai tambah.
Ia membawa stabilitas dan kehati-hatian, dua hal yang sering dicari dalam kepemimpinan teknokrat.
Ikbal Tadjuddin, pejabat yang dikenal disiplin dan sistematis. Juga menjabat Asisten di Setda.
Ia bukan pembicara panggung, tapi penggerak sistem. Ia mengutamakan rule compliance dan ketertiban administratif.
Sosok ini bisa menjadi penjaga keseimbangan di tengah dinamika politik. Meski low-profile, namun di balik meja, kehadirannya dirasakan.
Namun di antara semua itu, satu nama mengilap lebih dari yang lain.
Andi Rachmat Saleh.
Pj Sekda saat ini. Muda, enerjik, dan akademik. Ia calon doktor di Universitas Hasanuddin.
Ia memahami bukan hanya struktur, tapi juga substance. Ia menguasai seluruh 14 program prioritas Bupati Syaharuddin Alrif, dan mampu menjabarkannya dalam bahasa teknis ke seluruh OPD.
Ia tak hanya jadi penerjemah kebijakan, tapi juga policy navigator — mampu mengarahkan mesin birokrasi menuju hasil yang terukur dan terencana.
Komunikasinya cair. Mampu menjembatani antar-generasi, dan bersinergi dengan kepala daerah yang juga masih muda.
Lebih dari itu, masa kerjanya masih panjang. Lahir 1976, Andi Rachmat berpotensi mendampingi jalannya roda pemerintahan hingga lebih dari satu dekade ke depan. Dalam bahasa perencanaan SDM birokrasi, ia adalah long-term asset.
Kini, panggung terakhir menanti.
Tiga nama akan naik ke meja Bupati.
Satu akan diserahkan ke Jakarta.
Dan dari sanalah keputusan akhir datang — tentang siapa yang akan menjadi Sekretaris Daerah Sidrap berikutnya.
Satu hal yang pasti:
Jabatan ini bukan sekadar posisi. Tapi medan tafsir. Tafsir tentang visi pembangunan. Tafsir tentang kepemimpinan. Tafsir tentang masa depan Sidrap. (*)
📢 Ikuti Katasulsel.com di WhatsApp!
Dapatkan berita terpercaya dan update setiap hari langsung di ponsel Anda.
👉 Klik di sini & tekan Ikuti
Tinggalkan Balasan Batalkan balasan