Granat Tua, dan Jejak Pejuang: Warisan Purn. Serma Kanto yang Menggetarkan Sidrap
Sidrap, Katasulsel.com — Loteng itu sunyi. Berdebu. Tertutup waktu.
Tak ada yang menyangka, Minggu siang, 1 Juni 2025, pukul 15.00 Wita — ruang tua di Saoraja Mannagae, Kelurahan Arateng, Kecamatan Tellu Limpoe, Sidrap — menyimpan rahasia negara.
Bukan emas. Bukan surat wasiat.
Tapi dua granat aktif. Jenis nanas. Lengkap dengan helm baja, magaseng senjata, dan kotak amunisi.
Warisan bisu dari seorang prajurit tua — Serma Purnawirawan TNI Kanto, atau yang dikenal warga sebagai Karaeng Patiroi.

Ikatan Wartawan Online (IWO)
Sidenreng Rappang
Mengucapkan Selamat Atas Terpilihnya:
- Darwis Pantong — Ketua PWI Sidrap
- Arief Aripin., S.H — Sekretaris PWI Sidrap
- Darwis Junudi — Bendahara PWI Sidrap
Semoga Amanah Dalam Menjalankan Tugas.
Edy Basri., S.H.
(Ketua IWO Sidrap)
Atap Bocor, Peti Terbuka
Kisah bermula sederhana.
Muhammad Ikbal, petani muda berusia 22 tahun, sedang memperbaiki seng bocor. Panas menyengat. Tangannya berlumur debu. Lalu matanya menangkap sesuatu — helm baja di sudut loteng.

Ia dekati. Ada peti kayu, tak terkunci. Dibuka perlahan. Isinya?
Diam. Namun menyimpan dentuman
Ikbal, gemetar, langsung melapor ke keluarga. Kepada Hj. Andi Cahya, putri sulung almarhum. Umurnya 65 tahun. Air matanya menetes, melihat peninggalan sang ayah.
Ia mengangguk. “Itu milik beliau,” katanya pelan. “Saya pernah lihat granat itu… dulu sekali. Tapi saya kira sudah mati.”
Berikut isi lengkap peti kayu itu:
2 buah helm baja
1 ransel kecil
1 pilbek
1 penyelesak
4 magaseng senjata standar
2 sarung magaseng
1 kotak amunisi
2 granat nanas — masih aktif
Serma Kanto bukan nama asing bagi warga Sidrap. Ia adalah pejuang kemerdekaan. Pernah bertempur. Pernah terluka. Pernah berdiri sejajar dengan Usman Balo, tokoh lokal yang kini jadi legenda.
Beliau pensiun dari TNI pada tahun 1972. Wafat damai, 24 November 2022. Dikebumikan di tanah kelahirannya, Arateng.
Namun siapa sangka, sebagian tugasnya ternyata belum selesai?
Setelah laporan masuk, aparat turun tangan. Lokasi dikosongkan. Tim penjinak bahan peledak (Jihandak) akan segera turun. Pengamanan diprioritaskan.
Granat bukan mainan. Bahkan setelah puluhan tahun, bahan peledak bisa tetap mematikan.
Kini, rumah itu dijaga. Loteng yang dulu sunyi, kini menjadi saksi bisu betapa sejarah bisa hidup kembali — dalam bentuk yang tak terduga.
Sebuah granat.
Sebuah helm baja.
Dan nama seorang prajurit,
yang tak pernah benar-benar pulang dari tugasnya. (*)
📢 Ikuti Katasulsel.com di WhatsApp!
Dapatkan berita terpercaya dan update setiap hari langsung di ponsel Anda.
👉 Klik di sini & tekan Ikuti