Dan di situ, malam-malam kelam kembali datang.
Dua kali. Berturut-turut.
Dengan pintu tertutup.
Dengan lampu remang.
Dan dengan ketakutan yang membeku di dalam dada seorang anak perempuan.
Melati tak bisa lari. Tak bisa bicara. Tak bisa melawan.
Yang berdiri di depannya—adalah orang yang seharusnya melindunginya.
Tapi horor belum berakhir.
Karena iblis yang sama masih terus mengintainya.
Dan Bone kembali jadi saksi.
Tiga kali berikutnya.
Di tempat yang sama: sekitar tambak milik AM.
Kejadian-kejadian itu seperti diputar ulang.
Dengan korban yang sama.
Pelaku yang sama.
Luka yang makin dalam.
Melati akhirnya berani bicara.
Ia menceritakan semuanya kepada seseorang yang ia percaya.
Laporan dibuat ke Polres Bone.
Lingkungan Lapanning.
AM ditangkap saat hendak ke tambak.
Ia tidak melawan.
Hanya diam.
Mulutnya terkunci.
Tapi di matanya—seolah ada laut yang sudah kehilangan pantai. (*)
Tidak ada komentar