Bone

Nelayan Cabul ke Putrinya di Bone Diringkus

Katasulsel.com

10 Juni 2025 - 15:18 WITA

Bone, katasulsel.com — Laut mendidih bukan karena gelombang. Tapi karena nurani manusia ada yang bocor. Seorang ayah, nelayan di Kabupaten Bone, berinisial AM (44), harus digiring ke sel. Ia bukan ditangkap karena mencuri ikan. Tapi karena menodai darah dagingnya sendiri.

Anaknya. Perempuannya. Masih 14 tahun.

Kasus ini mencuat setelah korban akhirnya berani bersuara. Setelah sekian lama bungkam dalam ancaman dan trauma, F—demikian inisial sang anak—melapor ke polisi. Pada 22 Mei 2025, laporan resmi masuk ke Polres Bone. Nomor laporan: LP/318/V/2025/SPKT/RES BONE.

“Pelaku sudah diamankan. Dia mengaku sudah lima kali melakukan perbuatan itu,” kata IPTU Alvin Aji Kurniawan, Kasat Reskrim Polres Bone, Minggu (8/6/2025).

Pertama kali terjadi pada November 2024, di pematang tambak, Lingkungan Lapanning. Bukan di rumah. Bukan di kamar. Tapi di tengah hamparan tambak yang sepi. Di tempat ayahnya biasa bekerja. Tempat yang seharusnya penuh peluh dan nafkah, berubah menjadi tempat dosa paling kelam.

Bukan Sekadar Kejahatan, Tapi Pengkhianatan

Sebanyak tiga kali di Bone, dua kali di Kendari. Semua dengan modus yang sama: ancaman dan bujuk rayu. Korban dipaksa diam. Takut. Terkurung dalam trauma.

“Ini bukan hanya tindak pidana. Ini pengkhianatan terhadap amanah sebagai orang tua,” tegas IPTU Alvin.

Hukum Bicara, Jangan Ada Lagi yang Diam

AM dijerat dengan Pasal 81 ayat (1) dan (2) jo Pasal 76D UU Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak. Ancamannya berat. Penjara belasan tahun menanti.

Tapi ini bukan sekadar soal hukum. Ini tentang budaya diam yang masih hidup. Tentang aib yang ditutupi atas nama malu. Padahal, mendiamkan kejahatan sama artinya membiarkan luka semakin dalam.

Kepolisian mengimbau masyarakat untuk tak ragu melapor jika melihat atau mengalami hal serupa. Anak-anak butuh ruang aman. Dan itu dimulai dari lingkungan paling dekat: keluarga. (*)

Editor: Edy I Author : Tipue S