Logo Katasulsel
🔊 Klik untuk dengar suara
Logo Overlay
đź”´ Tiga Tahun Cinta Hancur dalam Sehari, Dia Kabur Patah Hati, Lalu Sang CEO Muncul đź”´ Kat-Tv dan Katasulsel.com Membutuhkan Jurnalis, Silakan Hubungi 082348981986 (Whatsapp) đź”´

Sudah Saatnya Ade Pimpin PWI Parepare

Ia datang tepat waktu. Tidak terlalu pagi. Tapi juga bukan tipe yang suka menunggu di ujung waktu.

Laporan: Tipoe (Redaktur Katasulsel.com)

Ya, kira-kira pukul 10 lewat sedikit, Ade Cahyadi melangkah masuk ke sekretariat panitia Konferkot PWI Parepare.

Membawa map berisi tekad. Membawa nama besar yang selama ini hanya ia jaga dalam diam: jurnalis yang tak sekadar bisa menulis, tapi juga mampu menata arah.

Hari itu, 10 Juni 2025, bukan hanya tentang formulir. Bukan pula soal siapa duluan daftar. Tapi tentang satu hal: Ade sudah siap.

Didampingi Ruslan Nawir, Ketua Tim Sahabat Ade, ia menyerahkan berkas pencalonan sebagai Ketua PWI Parepare periode 2025–2028.

Lengkap. Rapi. Tak ada yang tertinggal—seperti catatan editorialnya dulu saat masih memimpin meja redaksi Pare Pos.

Diterima langsung oleh Ketua Panitia, Awalludin, dan diverifikasi oleh Ketua SC, Dulkin Sikki, berkas itu kemudian dinyatakan sah. Lengkap. Bersih. Tepat sasaran.

banner 300x600

Ade pun resmi menjadi pendaftar pertama.

Tapi ini bukan tentang kecepatan. Ini tentang kesiapan. Tentang seseorang yang sudah lama mengamati, mencatat, lalu akhirnya turun tangan sendiri untuk merapikan rumah besar wartawan lokal: PWI Parepare.

Dalam sambutannya, Ade tidak bicara tinggi-tinggi. Tidak menyebut janji muluk-muluk. Tapi ia menyebut satu kata yang pelan-pelan hilang dalam organisasi hari ini: marwah.

Bersambung

“Ini bukan soal jabatan. Ini soal tanggung jawab. Tentang menjaga profesionalisme. Tentang membuat PWI relevan lagi,” katanya, lirih tapi pasti.

Ia tahu, organisasi bukan sekadar kumpul-kumpul dan sertifikat. Ia tahu, tantangan hari ini bukan hanya soal menghadapi tekanan eksternal, tapi juga membenahi kekosongan internal. Maka ia tak datang sendiri. Ia membawa tim. Ia membawa program. Ia membawa arah.

Ade ingin PWI bukan sekadar simbol. Tapi tempat bernaung. Tempat belajar. Tempat di mana jurnalis bisa saling menguatkan, bukan saling menjatuhkan. Ia ingin agar PWI Parepare kembali solid. Independen. Berpengaruh.

Dan rupanya, ia tidak sendiri.

Kalangan jurnalis di kota ini—dari yang senior sampai yang baru pegang kamera dan notes—mayoritas beranggapan: memang sudah saatnya Ade memimpin PWI Parepare.

Sudah cukup jadi penonton. Sudah cukup hanya memberi masukan di grup WhatsApp. Kini mereka ingin perubahan nyata. Dan perubahan itu, kata mereka, ada pada sosok Ade.

“Kalau bukan sekarang, kapan lagi. Kalau bukan Ade, siapa lagi,” begitu kira-kira bisik-bisik warung kopi belakangan ini.

Konferkot tinggal menghitung hari. Tapi sinyal-sinyal di lapangan sudah mulai terang: angin perubahan sedang berembus. Dan Ade, tampaknya, sedang berdiri paling depan.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tutup