Bukan Marah, Kluivert Justru Kalem: Dari Jepang, Kita Belajar Banyak

Jakarta, Katasulsel.com — Patrick Kluivert tak menutup mata terhadap kenyataan pahit yang dihadapi skuad Garuda. Setelah digebuk Jepang 0-6, ia secara terbuka menyatakan bahwa malam itu “Jepang terlalu besar bagi kami.”

Dengan sikap rendah hati, ia menyadari bahwa ketimpangan bukan hanya soal hasil akhir, tetapi juga kualitas permainan collective football, di mana Jepang lebih unggul dalam pressing, transisi cepat, dan kepaduan antar-lini.

Mereka menerapkan pola ball possession yang cermat—tak sekadar menguasai bola, tetapi mengendalikan ritme pertandingan.

Timnas Indonesia dan Negara Asia Lain Protes Penunjukan Tuan Rumah Babak 4 Kualifikasi Piala Dunia 2026

6 jam

Kluivert mengaku sempat melihat sinyal positif dari anak-anak asuhnya di 10 menit awal. Namun setelah itu, struktur permainan dan intensitas Jepang memaksa Indonesia untuk mundur.

Jepang mendominasi sejak awal hingga akhir, membuat Timnas sulit menciptakan peluang—tak ada satu pun tembakan yang mengancam gawang lawan.

Ini mencerminkan jurang performa (performance gap) antara tim papan atas Asia dan tim yang masih merintis fondasi, seperti Indonesia.

Israel Bombardir Iran, Jenderal Elit Tewas, Khamenei Mengamuk: “Akan Ada Balasan Pahit!”

6 jam

Bagi Kluivert, kekalahan telak ini adalah sinyal untuk memperdalam proses evaluasi. Match ini menjadi bahan bakar untuk melengkapi pembangunan tim lewat continuous improvement process, yang mencakup persiapan fisik, mental, hingga pemahaman taktis.

Ia menilai Indonesia perlu memperkaya tactical awareness dan mendorong daya tahan (endurance) pemain, agar bisa menghadapi tekanan lawan berkelas dunia.

Meski terasa menyakitkan, kepala pelatih asal Belanda itu enggan larut dalam kekecewaan.

“Kita harus mengakui situasi, mengambil hikmah, dan terus maju,” tegasnya.

Bagi Kluivert, kekalahan ini bukan akhir cerita. Justru, dalam setiap kekalahan, tersimpan bibit pelajaran yang, bila dikelola dengan bijak, dapat menjadi fondasi berarti menuju kemenangan berikutnya.

Di akhir segala kekalahan yang telak, satu hal yang tetap harus dijaga: pelajaran dari kekalahan adalah fondasi menuju kemenangan di masa depan.(*)