Fatahuddin Menang Telak, Arsitek Media Koridor Ini Rebut Kursi Ketua PWI Parepare 2025–2028
Parepare, Katasulsel.com — Dinamika pemilihan Ketua PWI Parepare 2025–2028 memasuki babak konklusif yang tak terduga namun sarat makna.
Fatahuddin, jurnalis senior yang kini mengelola Media Koridor, muncul sebagai pemenang dengan perolehan suara dominan: 18 dari 27 suara sah, atau sekitar 66,7 persen suara elektoral, meninggalkan rivalnya, Abdul Razak Arsyad, sang petahana, yang hanya meraih 7 suara (25,9 persen).
Adapun 2 suara dinyatakan batal (7,4 persen), mempertegas atmosfer kompetisi yang ketat namun demokratis.
Dikenal akrab dengan sapaan Udin, pria yang mengawali karier jurnalistiknya di Harian Parepos (Fajar Grup) ini membuktikan bahwa pengalaman, integritas, dan ketekunan adalah komoditas utama dalam medan kontestasi berbasis meritokrasi seperti Konferkot PWI Parepare.
Fatahuddin bukan figur instan. Ia hadir bukan sebagai representasi kekuatan modal atau jaringan politik, melainkan sebagai manifestasi dari jurnalisme akar rumput yang berpijak pada idealisme dan kemandirian.
Kini, ia menakhodai salah satu media daring independen, Media Koridor, dan kemenangannya merupakan cermin kepercayaan anggota terhadap figur yang memiliki rekam jejak kredibel dan visi inklusif.
Sebelum voting dilakukan, panggung Konferkot sempat mengalami pergeseran dramatik ketika dua nama yang sebelumnya masuk dalam bursa kandidat memilih mundur secara mendadak.
Mereka adalah Samiruddin dan Ade Cahyadi—dua tokoh yang tidak asing di jagat pers lokal Parepare dan Barru.

Menariknya, Ade Cahyadi, yang dikenal sebagai figur progresif, tercatat dua kali berturut-turut menarik diri dari kontestasi—baik pada Konferkot VIII maupun IX. Ia bukan figur tanpa basis. Sebaliknya, ia dikenal luas karena pemikirannya yang konseptual dan strategis.
“Saya ingin memastikan bahwa organisasi ini berkembang dengan arah yang lebih profesional dan berdaya guna bagi anggotanya,” ujar Ade dalam wawancara eksklusif.
Bersambung…
Pernyataannya itu membuka spektrum tafsir yang luas—bahwa pengunduran dirinya bukan bentuk pengunduran diri dari tanggung jawab, melainkan bentuk komitmen struktural terhadap sustainability organisasi.
Ia tetap hadir, mengawal proses, memberikan masukan, dan memastikan bahwa hasil Konferkot bukan semata pertarungan personal, tetapi lompatan institusional.
Usai penghitungan suara, Fatahuddin secara resmi menerima bendera pataka dan palu organisasi dari pimpinan sidang. Momen itu menjadi simbol transisi kekuasaan yang legitim dan konstitusional—sebuah refleksi sehat dalam demokrasi internal organisasi profesi.
Dalam pidato perdananya, Fatahuddin menegaskan orientasinya: penguatan kapasitas jurnalistik, peningkatan literasi media anggota, dan membangun relasi sinergis dengan pemangku kepentingan di daerah.
“Kita ingin menjadikan PWI sebagai rumah bersama yang menjunjung tinggi profesionalisme dan integritas,” ungkapnya dengan nada tegas.
Konferensi ini bukan sekadar ritual periodik organisasi. Ia adalah barometer sejauh mana PWI Parepare–mampu beradaptasi secara institusional terhadap dinamika zaman, tantangan etika profesi, dan disrupsi teknologi informasi.
Bersambung…
Kemenangan Fatahuddin dapat ditafsirkan sebagai mandat moral untuk membawa organisasi ini tidak sekadar hidup—tetapi relevan dan berpengaruh.
Kini, babak baru telah dimulai. PWI Parepare memiliki nahkoda baru.
Dan komunitas pers lokal menanti akselerasi nyata. (*)
Editor: Edy Basri
📢 Ikuti Katasulsel.com di WhatsApp!
Dapatkan berita terpercaya dan update setiap hari langsung di ponsel Anda.
👉 Klik di sini & tekan Ikuti