Rudal Iran, Balasan Berdarah yang Mengguncang Dunia
Katasulsel.com — Sabtu malam yang membara. Rudal kembali menari di langit Timur Tengah. Iran meluncurkan gelombang kedua rudal ke arah Israel. Bukan sekadar balasan. Ini peringatan. Darah dan dendam kini menulis paragraf baru dalam buku tua konflik regional.
Israel tak diam. Sejak Jumat, jet-jet tempurnya mengiris udara, menyasar jantung Iran. Bukan hanya gudang senjata. Tapi juga para otak di balik program nuklir. Sembilan ilmuwan senior. Beberapa jenderal papan atas. Hilang.
Iran menyebut 78 orang tewas. Lebih dari 320 terluka. Panggung perundingan pun runtuh. Oman, yang sebelumnya dijadwalkan jadi tempat pertemuan tak langsung putaran keenam antara AS dan Iran, membatalkan pertemuan. Diplomasi kehilangan nafasnya.
Pagi Minggu, Tel Aviv bangun dengan luka. Sebuah rudal menghantam lingkungan padat penduduk. Bangunan runtuh. Mobil hangus. Kaca berserakan. Tim penyelamat menyisir puing-puing dengan drone. Mencari hidup yang mungkin masih tertimbun.
Di Irak, tiga drone mengarah ke pangkalan militer AS di Ain al-Asad. Tapi berhasil ditembak jatuh. Belum ada yang mengaku bertanggung jawab. Tapi aroma milisi bayangan Iran tercium di udara.
Militer Israel mengumumkan mereka telah menyasar markas besar Kementerian Pertahanan Iran di Tehran, serta fasilitas yang diklaim berkaitan dengan program senjata nuklir. “Proyek senjata nuklir Iran,” kata mereka.
Namun, versi ini bertolak belakang dengan laporan intelijen AS dan IAEA (Badan Energi Atom Internasional), yang menegaskan Iran tidak sedang mengembangkan senjata nuklir sebelum Israel memulai serangan besar-besaran ini.
Donald Trump angkat suara. Ia menegaskan, “AS tidak ada sangkut pautnya dengan serangan terhadap Iran.” Tapi ancamannya tetap melayang ke Tehran.
“Jika kami diserang dalam bentuk apapun, kekuatan penuh militer AS akan menghujani kalian pada level yang belum pernah terlihat sebelumnya,” tulisnya di Truth Social. Meski demikian, Trump juga mengisyaratkan potensi kesepakatan damai, jika kedua pihak mau duduk bersama.
Dunia menatap, dengan napas tertahan. Satu kesalahan kecil, satu misil nyasar, bisa berubah menjadi badai global. Timur Tengah kini bukan hanya tentang sejarah dan minyak. Tapi tentang masa depan yang dipertaruhkan di ujung roket dan diplomasi yang remuk.
Dan pertanyaan besar itu masih menggantung:
Siapa yang akan menyalakan lilin perdamaian, di tengah bara yang tak kunjung padam?
Editor: Edy Basri
📢 Ikuti Katasulsel.com di WhatsApp!
Dapatkan berita terpercaya dan update setiap hari langsung di ponsel Anda.
👉 Klik di sini & tekan Ikuti
Tinggalkan Balasan Batalkan balasan