Perang Ego, Atau Kita Semua Mati (Kiamat)
Jika perang ini meledak menjadi konflik nuklir, cukup satu peluncuran untuk memicu mutual assured destruction (MAD)—kondisi saling hancur yang dijamin dan tak terelakkan.
Israel bukan anggota resmi pemilik senjata nuklir, tapi laporan intelijen internasional meyakini mereka memiliki sekitar 80–90 hulu ledak aktif. Iran memang belum memiliki senjata itu, tapi banyak yang percaya mereka sangat dekat.
Dan di sinilah bahaya terbesar mengintai: ketika ego nasionalisme bertemu kemampuan nuklir, semua teori damai jadi teori usang.
Semua peringatan ilmuwan berubah jadi berita duka. Ketika perang tidak lagi diredam dengan diplomasi, melainkan dibakar oleh superioritas, maka dunia sedang berjalan menuju lubang kubur yang dia gali sendiri.
Jangan pernah mengira hanya Timur Tengah yang akan hancur. Ledakan nuklir bukan sekadar cahaya di padang pasir. Itu adalah radiasi yang menembus batas waktu dan ruang. Angin akan membawanya ke benua lain. Partikel radioaktif tidak mengenal wilayah netral.
Asia Tenggara, Eropa, bahkan Samudra Pasifik bisa berubah menjadi kuburan senyap tanpa suara. Dunia global saat ini terhubung oleh jalur perdagangan, atmosfer, dan aliran data—sekali satu titik hancur, semuanya ikut berjatuhan seperti domino.
Sejarah sudah mencatat: Perang Dunia I meletus bukan karena satu negara ingin perang, tapi karena semua merasa tak bisa mundur. Sejarah juga mencatat, Perang Dunia II dimulai saat satu orang menganggap dirinya benar di atas semuanya.
Apakah kita akan mengulang sejarah yang sama? Kali ini dengan senjata yang daya ledaknya setara ribuan bom Hiroshima?

Diplomasi masih punya peluang. Tapi waktunya sangat tipis. Dunia butuh lebih dari sekadar pertemuan meja bundar. Butuh keberanian politik yang tulus. Keikhlasan untuk mengalah. Keputusan yang diambil bukan karena tekanan internal, tetapi demi keberlangsungan hidup spesies manusia itu sendiri.
Kita semua tahu, ini bukan hanya soal politik luar negeri. Ini bukan cuma urusan Arab, Yahudi, Syiah, atau Sunni. Ini soal kehidupan.
Soal dunia yang sedang bertaruh dengan tombol merah.
Apakah ini hanya soal ego?
Ataukah kita semua benar-benar sedang mengarahkan diri ke kehancuran total?
Karena kalau jawaban yang menang adalah ego, maka jangan heran jika kiamat bukan lagi konsep agama—tapi hasil dari kesombongan manusia yang merasa paling benar, dan terlalu sombong untuk berhenti.
Pilihan ada di meja diplomasi. Atau di kokpit rudal balistik antar-benua.
Perang ego. Atau kita semua mati. (*)
📢 Ikuti Katasulsel.com di WhatsApp!
Dapatkan berita terpercaya dan update setiap hari langsung di ponsel Anda.
👉 Klik di sini & tekan Ikuti