Agus Joko Bawa 30 Varietas Alfukat ke Sidrap

Sidrap, Katasulsel.com — Dari tanah Kediri yang subur, langkah kaki Agus Joko Susilo berpindah ke Bumi Nene Mallomo, Sidrap.

Saat ke Sidrap, di kediaman pribadi H. Zulkifli Zain. Ia datang membawa misi. Misi bertani yang tidak hanya membajak tanah, tapi juga membajak pola pikir.

Tanggal 6 Juli 2025, ia tiba. Ia di undang khusus oleh Komunitas ‘Sulsel Berkebun’ untuk berbagi ilmu, berbagi pengalaman dan berbagi berkah.

Kedatangan pria yang di dunia pertanian dikenal bukan karena gelarnya, tapi karena pengaruhnya itu disambut gegap gempita oleh kalangan Komunitas ‘Sulsel Berkebun’

Agus Joko akan membawa antara 20 hingga 30 varietas tanaman alpukat unggulan.

Tidak tanggung-tanggung, varietas yang akan dibagikan dan diperkenalkan ini telah melewati proses seleksi dari koleksi pribadinya—yang kini sudah mencapai 70 varietas di kebun miliknya di Desa Jambu, Kediri Kidul.

“Semua varietas yang saya bawa cocok untuk dataran tinggi misalnya di Malino dan Enrekang dan juga bisa dataran rendah,” ujar Agus Joko dalam wawancara eksklusif bersama Katasulsel.com, Senin (30/6/2025).

Sebuah klaim yang tidak main-main, mengingat kontur wilayah Sidrap yang memeluk dua lanskap sekaligus: perbukitan dan hamparan sawah.

banner 300x600

Varietas-varietas yang akan diperkenalkan antara lain Kelud, Aligator, Pangeran, dan beberapa alpukat lokal unggulan yang telah melalui uji adaptasi.

Bukan hanya hasil panennya yang istimewa, tapi juga cara tanam, strategi pemasaran, dan model pembinaan komunitas yang menyertainya.

Agus Joko akan menggelar talkshow terbuka, membawakan materi “Menanam Peluang di Tengah Pekarangan”.

Di dalamnya ia mengulas bagaimana satu batang pohon alpukat dalam pot bisa berubah menjadi tabungan pendidikan, bahkan dana pensiun.

“Jangan menanam hanya karena suka. Tanam karena tahu ke mana akan dijual. Karena dari sanalah hobi berubah jadi penghasilan,” katanya.

Konsep ini ia sebut sebagai berkebun yang sadar pasar. Model yang ia kembangkan di Jawa Timur kini ia bawa ke Sulawesi Selatan.

Sebagai bagian dari gerakan Mendadak Kaya—program pemberdayaan pertanian berbasis varietas unggul.

Kebun Agus memang kecil. Tapi fungsinya besar. Di sanalah ia merawat lebih dari 70 varietas alpukat. Setiap akhir pekan, kebun itu berubah menjadi ruang kelas tanpa papan tulis. Mahasiswa datang, petani datang, bahkan orang kota yang ingin pindah hidup ke desa pun datang.

Kini, Sidrap menjadi tuan rumah bagi transfer ilmu itu.

Bagi komunitas Sulsel Berkebun, ini bukan sekadar perayaan Milad. Ini momentum. Menyatukan semangat literasi agrikultur dengan praktik lapangan yang nyata.

“Kami ingin petani-petani muda di Sulsel tidak hanya mahir cangkul, tapi juga paham strategi, khususnya market,” ujar Agus Joko.

Sulsel sendiri punya segalanya: tanah, air, iklim, dan sejarah panjang sebagai lumbung pangan.

Yang dibutuhkan kini adalah varian baru dalam pola tanam dan cara berpikir. Dan Agus datang membawa itu. Dengan caranya yang membumi, tapi sarat ilmu.

Ia tidak datang membawa kemewahan. Ia datang membawa bibit. Tapi justru dari bibit-bibit itulah, masa depan bisa tumbuh.

Bagi Agus Joko, satu batang alpukat bukan hanya soal buah. Tapi juga soal martabat. Soal harga diri petani yang ingin naik kelas, bukan karena belas kasihan, tapi karena kualitas.

Dan Sulsel, lebih khusus Sidrap, kini bersiap menyambutnya. Bukan sebagai tamu. Tapi sebagai saudara satu perjuangan di kebun masa depan.

(*)

Edy Basri

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tutup