Polisi Bongkar Jaringan Sabu dari Bone hingga Sidrap
Bone, Katasulsel.com — Di balik langit malam Kabupaten Bone yang tenang, sebuah operasi senyap digelar. Tak ada sirine. Tak ada letupan. Hanya ketukan pintu, interogasi cepat, dan satu demi satu tersangka digelandang.
Satuan Reserse Narkoba Polres Bone bergerak cepat. Diam-diam tapi pasti. Dalam tempo seminggu, jaringan peredaran sabu dari kota, lorong sempit, hingga lintas kabupaten—termasuk Sidrap—berhasil diungkap.
Dimulai dari Jalan Pisang Baru, Kelurahan Jeppe’e. Sabtu, 28 Juni 2025, sekitar pukul sepuluh malam. Seorang pemuda 18 tahun, FTR, diringkus dengan satu sachet sabu di saku celananya. Pengakuannya mengalir: barang itu titipan, untuk seorang teman, dibeli dari RBW.
Polisi mengembangkan. Menyergap RBW, 39 tahun. Di rumahnya, sang istri STR juga ada. Tapi hasil tes urine STR bersih. Tidak terlibat. Polisi menyisir lagi. Nama RJL muncul. Lalu ditangkap. Tapi nihil barang bukti.
Dalam perjalanan di Mapolres, RBW ubah pengakuan. Ia bilang sabu itu ia dapat bukan dari RJL, tapi dari seseorang yang tak dikenal melalui sistem tempel—dipesan lewat akun Instagram bernama “ZM”.
STR dipulangkan. RJL dikirim ke BNNK untuk rehabilitasi karena hasil urine positif. Sementara RBW dan FTR ditetapkan sebagai tersangka.
Esok dinihari, Minggu 29 Juni 2025, satu titik lain disisir: Vila Art Regency, Kelurahan Bulu Tempe. RHM diamankan. Di kamarnya, sabu terbungkus rapi dalam cup PCR tube, sendok takar, timbangan digital.
Bersambung…

Total sembilan sachet kecil. RHM mengaku, semua diarahkan lewat akun Instagram “GI”, dengan sistem tempel. Di rumah itu juga ada SR, perempuan dari Desa Lappa Upang. Ia tak menyimpan sabu. Tapi mengaku pernah pakai. Urinenya positif. Ia kini jalani proses rehabilitasi.
Malam berikutnya, Selasa 1 Juli 2025, giliran Desa Tajong jadi lokasi penggerebekan. WND, 21 tahun, ditangkap di pinggir jalan. Satu sachet sabu tersembunyi di silikon HP-nya. Ia mengaku, barang itu dibeli dari ISM, untuk dipakai sendiri.
Tak lama berselang, FDL juga dibekuk di desa yang sama. Ia menyimpan satu sachet sabu dan HP yang dipakai transaksi. Dari sini, nama-nama baru muncul: YSM, IKB, EK, hingga IMP. Rantai sabu terurai. Polisi kejar jejak.
YSM ditangkap di rumahnya. Ia mengaku beli sabu dari IKB. IKB pun disergap. Ia menunjuk EK sebagai pemasok. EK diamankan di Kabupaten Sidrap. Saat ditangkap, EK masih menyimpan HP yang digunakan untuk transaksi.
Ia buka satu nama terakhir: IMP—juga berdomisili di Sidrap—penjual sabu seharga Rp1,2 juta per gram. IMP kini buron. Dengan begitu, jaringan Bone–Sidrap terbukti nyata.
Bersama IKB, turut diamankan istrinya, NRM, dan sepupunya FT. Tapi setelah tes dan interogasi, keduanya bersih. Urine negatif.
Sore esoknya, 2 Juli, Desa Matuju dan Maccope jadi titik berikutnya. HSR ditangkap lebih dulu. Sabu di saku celananya. Ia mengaku disuruh membeli oleh seseorang bernama RSL, dan barang itu didapat dari ASR.
Bersambung…
Polisi bergerak. ASR ditangkap. Dan ternyata, ia masih menyimpan sabu di rumahnya. Lima sachet di botol plastik putih, tiga sachet lainnya di dalam kotak rokok yang diselipkan ke tiang rumah.
ASR buka suara. Ia dapat dari LAN. Nama yang sama yang muncul lagi malam harinya, saat DD, anak kandung ASR, ditangkap di teras rumah. DD punya tiga sachet sabu. “Dikasih ayah saya,” katanya. LAN kini diburu.
Bersama ASR, di rumah itu juga ada lima pria yang sedang berpesta miras. Tapi hasil urine mereka negatif. Tak terkait. Sementara di depan rumah, CHE hendak membeli sabu. Urinenya positif. Proses rehabilitasi menantinya.
Terbaru, Kamis malam, 3 Juli 2025, IJ dibekuk di Jalan A. Ali Petta Cenrana. Di kulkas rumahnya, ditemukan dua sachet sabu, sendok pipet plastik, dan plastik klip kosong. Barang itu, kata IJ, dipesan lewat sistem tempel. Sang pemasok disebut DY. Sabu dibayar Rp500.000. Kini IJ meringkuk di Mapolres Bone. Dijerat Pasal 114 dan Pasal 112 UU Narkotika.
Barang bukti disita. Semua terdata. Semua dijelaskan rinci oleh Kasat Resnarkoba Polres Bone, Iptu Adityatama Firmansyah. Tak banyak retorika. Ia hanya ingin satu hal: Bone bersih dari sabu.
Karena perang ini bukan soal siapa paling keras, tapi siapa paling tak gentar membongkar. Dan Polres Bone, nyatanya, sedang melawan habis-habisan. Termasuk saat jejak itu mengarah ke luar kabupaten. Bahkan ke Sidrap.(*)
Editor: Tipue Sultan