DA 7 Panas, Bupati Sidrap Serukan Warganya Dukung Syaqirah dan Gelar Nobar
Jakarta, katasulsel.com — Ada yang sedang mendaki dari Sidrap. Bukan ke gunung. Tapi ke panggung. Panggung nasional. Diiringi sorak. Diangkat harap. Namanya: Syaqirah. Seorang gadis muda, bersuara merdu, yang kini mencuri perhatian seantero negeri lewat panggung Dangdut Academy (DA) 7 Indosiar tahun 2025.
Ia bukan hanya penyanyi. Ia adalah simbol. Sebuah metafora tentang bagaimana daerah kecil di Sulawesi Selatan bisa menyodorkan kualitas, bukan sekadar ikut meramaikan.
Dan hari ini, nama Syaqirah sudah terpatri di jajaran Top 35 besar Grup 1. Sebentar lagi, ia akan tampil kembali—Senin malam, 14 Juli 2025. Dan Sidrap, tidak diam.
Lalu, menatap babak selanjutnya, sebuah gerakan diam-diam tengah mengalir deras untuk Syaqirah. Bukan gerakan politik namun gerakan emosional, gerakan dari hati.
Bupati Sidrap, H. Syaharuddin Alrif, dengan cepat membaca gelombang ini. Lalu menyulut bara semangat itu lewat ajakan yang tak main-main: nonton bareng (nobar) serentak di semua desa dan kelurahan.
Ia tahu, dalam psikologi sosial, tidak ada dukungan yang lebih kuat daripada yang dikonstruksi bersama-sama. Komunitas yang menonton dalam satu layar, tertawa bersama, menahan napas bersama, menangis bersama—itulah communitas.
Ikatan emosional yang terbentuk dari pengalaman kolektif yang disebut-sebut sebagai energi sosial paling purba, tapi paling efektif membangun loyalitas.
Dan benar saja. Ajakan ini bukan instruksi kosong. Ia menjelma menjadi momen. Di tiap warung kopi, kantor desa, masjid, hingga ruang tamu warga, nama Syaqirah mulai mengudara. Video-videonya dibagikan. Sorot matanya dikagumi. Suaranya ditunggu-tunggu. Dari situ, lahirlah rasa memiliki.

Tapi siapa yang menggerakkan ini semua di lapangan? Siapa yang menjahit titik-titik kecil di balik gegap gempita itu?
Oh ya, Katasulsel.com berhasil menemui Ilham Junaedy di Jakarta, seorang tokoh masyarakat Sidrap yang dikenal luas sebagai tangan kanan Bupati dalam urusan-urusan strategis.
Ia kerap diberi tugas khusus oleh Syaharuddin Alrif. Kali ini pun, dialah yang mengatur peta dukungan Syaqirah secara langsung di Jakarta. Ia, yang biasa disapa IJ, membeberkan semuanya.
“Kami bangun sistemnya seperti arus. Di beberapa tempat kami bahkan siapkan layar besar. Tapi bukan hanya layar, kami bentuk suasana,” katanya, Sabtu, 12 Juli 2025.
IJ juga menekankan, ini bukan soal menang atau kalah, tapi soal membentuk kebanggaan kolektif. Soal membangun identitas daerah yang ikut berkontribusi dalam panggung nasional.
Lalu di panggung itu, Syaqirah tidak sendiri. Ia dibimbing oleh musisi besar: Melly Lee (Jebolan LIDA 2020). Dalam teori psikologi perkembangan kreatif, Melly adalah significant other—sosok yang menentukan arah, rasa percaya diri, dan kapasitas personal Syaqirah untuk terus bertumbuh.
Kombinasi antara talenta dan mentor seperti ini adalah salah satu prasyarat munculnya self-efficacy, yakni keyakinan dalam diri seseorang untuk berhasil di bidang yang ia tekuni.
Dan ini bukan sekadar soal suara merdu. Ini tentang bagaimana masyarakat Sidrap melihat Syaqirah sebagai simbol. Tentang bagaimana emosi kolektif terbentuk dan menyatukan identitas lokal.
Fenomena ini sejalan dengan teori resonansi emosional, yang menjelaskan bagaimana perasaan massa bisa dikendalikan oleh narasi, suara, dan representasi. Bahkan, dalam cabang ilmu geografi budaya, keterlibatan Syaqirah di DA 7 telah membentuk ulang peta kebanggaan—di mana Sidrap sekarang memiliki ruang di benak publik Indonesia.
Kompetisi ini belum usai. Bahkan justru baru dimulai. Setelah Top 35, akan ada babak Top 20, Top 10, hingga puncak final.
Di setiap tahap, dinamika akan berubah, tekanan bertambah, dan strategi dukungan makin krusial. Voting publik akan menjadi penentu. Popularitas akan menjadi bahan bakar. Dan massa pendukung akan menjadi amunisi utama.
Bupati Syahar sendiri sadar betul akan hal itu. Dalam beberapa pernyataan, ia berulang kali menyampaikan harapan agar Syaqirah bukan hanya lolos, tapi juga menang. Tapi kemenangan itu bukan milik Syaqirah sendiri. Itu milik kita bersama. Milik Sidrap.
Syaqirah sedang menyanyi di sana, di panggung gemerlap. Tapi di sini, di Sidrap, ada gelombang besar yang sedang bergerak.
Gelombang yang tidak terlihat, namun terasa. Gelombang yang mengubah suara jadi makna. Yang mengubah nyanyi jadi narasi. Yang mengubah seorang gadis biasa menjadi ikon kebudayaan baru.
Sidrap sedang berbicara lewat Syaqirah. Dan siapa tahu, Indonesia sedang mendengarkan. (*)
Editor : Edy Basri / Reporter: Wahyu Widodo-Jakarta