Ismail menegaskan bahwa semangat membangun Maros sebagai pusat keilmuan tidak berhenti pada satu momentum ini saja. Ia ingin menanamkan kesadaran bahwa belajar dan berinovasi tidak harus selalu berarti pergi jauh.
“Kita ingin menunjukkan bahwa dari Maros, kita juga bisa belajar, tumbuh, dan memberi kontribusi untuk dunia. Sudah saatnya Maros bicara lebih lantang di forum-forum ilmu pengetahuan global,” tegasnya.
NASA International Space Apps Challenge sendiri telah dikenal luas sebagai ajang pembuktian ide-ide segar yang lahir dari kerja kolaboratif. Melalui data terbuka milik NASA, para peserta diajak berpikir kritis dan solutif dalam menghadapi persoalan dunia nyata. Dari Maros, semangat tersebut dihidupkan dengan konteks lokal yang kuat, berpadu dengan visi global yang besar.
Antusiasme besar diharapkan hadir dari kalangan pelajar, mahasiswa, komunitas teknologi, dan masyarakat umum. Dengan atmosfer inklusif dan ruang partisipatif yang ditawarkan, kegiatan ini akan menjadi pengingat bahwa inovasi bisa dimulai dari mana saja, termasuk dari sebuah kabupaten yang selama ini lebih dikenal lewat situs purbakalanya.
Maros kini melangkah ke panggung global tidak hanya dengan membawa nama, tetapi juga dengan visi yang nyata. Di tengah derasnya arus perubahan dunia, Maros memilih untuk tidak sekadar menyaksikan, melainkan turut serta menciptakan. NASA Space Apps Challenge 2025 akan menjadi bukti bahwa dari bentang alam karst dan gua-gua purba, bisa lahir lompatan teknologi untuk masa depan. (*)
Editor: Edy Basri
Tidak ada komentar