Rumah dua lantai itu berdiri megah di jantung kota Pangkajene, Sidrap. Halaman luas, cahaya kuning hangat dari balik jendela kaca, dan ketenangan yang khas rumah orang pulang.
Laporan: Edy Basri
DI SINILAH malam tadi, Minggu 27 Juli 2025, Ilham Junaedy menyambut kami (Saya, Om Syaiful dan Om Tipue).
Ia baru beberapa hari di kampung halaman, namun raut wajahnya tak pernah lepas dari panggung Jakarta. Satu nama masih melekat kuat dalam obrolannya: Syaqirah.
Di tengah waktu yang sempit dan jadwalnya yang padat, IJ — begitu ia akrab disapa — menyempatkan diri menemui kedua orang tua Syaqirah di Tanru Tedong.
“Saya cuma mau bilang terima kasih karena sudah lahirkan anak sehebat itu,” ucapnya lirih kepada media ini.
Bagi Ilham, ini bukan sekadar kisah seorang gadis yang lolos dari 30 ke 25 besar Dangdut Academy 7 Indosiar.
Ini tentang perjalanan, janji, dan sebuah tanggung jawab moral. Sejak lama, ia percaya bahwa Syaqirah memiliki sesuatu yang istimewa — bukan hanya dari kualitas vokalnya, tetapi dari aura panggung dan sikap yang bersahaja.
“Saya sudah sampaikan langsung ke Pak Bupati,” katanya kemudian, “Perkembangannya sangat baik. Dukungan publik makin besar. Kita tinggal jaga ritmenya.”
Maklum saja, Ilham memang bukan sekadar pendamping biasa. Ia secara khusus ditugaskan oleh Bupati Sidrap H. Syaharuddin Alrif sebagai “Utsus” untuk mendampingi Syaqirah selama masa kompetisi.
Dan ia menjalankan amanah itu bukan setengah hati.
Beberapa malam sebelumnya, IJ tampak membersamai sang Bupati saat menonton konser spektakuler Stecu-Stecu di Stadion Ganggawa. Tapi malam itu hanyalah selingan.
Hatinya sudah bersiap kembali ke ibukota, ke tempat Syaqirah sedang berjuang, di balik lampu-lampu studio televisi.
Dan benar, hari ini, Senin 28 Juli 2025 sore, IJ kembali terbang ke Jakarta. Tak banyak koper, tak banyak selebrasi.
Yang ia bawa hanya laporan perkembangan, semangat, dan keyakinan bahwa perjuangan belum selesai.
“Anak ini bukan hanya sedang bertanding. Ia sedang menyalakan harapan,” katanya menutup percakapan, sebelum kami berpamitan.
Sidrap, lewat suara Syaqirah, kini tengah mengirim pesan ke panggung nasional. Bahwa dari kampung yang tenang, bisa lahir nyanyian yang mengguncang.
Dan dari seorang tokoh lokal bernama Ilham Junaedy, dunia bisa kembali belajar bahwa membina bukan tentang mengatur, tapi tentang mempercayai — dan ikut menjaga sampai cahaya itu benar-benar bersinar. (*)
Tidak ada komentar