Warga Bantaeng ke Gowa Tanpa Pilihan, Lalu Kita Salahkan Sopir

Katasulsel.com
5 Agu 2025 21:19
Feature Opini 0 181
3 menit membaca

Bus mini mati perlahan. Angkutan desa tak punya rute. Yang tersisa hanyalah kerelaan dan kepercayaan: kerelaan sopir untuk mengantar, dan kepercayaan penumpang untuk tetap selamat.

Setiap minggu, ada ratusan perjalanan seperti ini. Dari kampung ke pasar, dari dusun ke kota, dari rumah ke pantai. Dan semuanya pakai mobil yang sama: pick up, dengan kursi kayu dan doa sebagai pengaman.

Dan kita, di kota, melihatnya sebagai pelanggaran hukum. Lalu kita lempar tanggung jawab itu ke sopir.

Boleh jadi, sopir itu keliru. Tapi keliru karena sistem yang tak pernah hadir di desanya. Ia tak niat mencari uang seperti juragan travel. Ia tak mengantongi izin trayek atau asuransi penumpang. Tapi ia mengantar karena semua orang tahu: kalau bukan dia, siapa lagi?

Maka pertanyaan itu kembali: apakah kita akan terus menunggu kecelakaan demi kecelakaan, lalu bersorak tiap kali sopir ditangkap?

Atau kita mulai bicara tentang sistem transportasi pedesaan yang layak?

Karena selama warga di Bantaeng harus ke Gowa dengan pick up tua, maka negara telah gagal hadir di antara mereka. Karena selama ibu-ibu harus memilih antara naik bak terbuka atau tetap di rumah, maka itu bukan sekadar soal mobil — itu soal martabat.

Dan kita tahu, martabat tak boleh diletakkan di atas bak mobil yang bisa terguling kapan saja.(*)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Media Portal Berita Berbadan Hukum

PT WEPRO DIGITAL INDONESIA
Kemenkum HAM RI
No. AHU-0190238.AH.01.11,

Nomor Induk Berusaha: 0809240015028,
Rekening Perusahaan No: 120-003-000013438-6 (Bank Sulselbar)

Jl. Ganggawa No. 149 Tellu Limpoe, Sidenreng Rappang, Sulawesi Selatan. Phone: +62 823 4898 1986

Email:
katasulsel@mail.com (Redaksi)
katasulsel@mail.com ( Marketing )
katasulsel@mail.com ( Kerjasama )

x
x
x Gabung WhatsApp