Makassar, Katasulsel.com — Di tengah riuhnya transformasi digital di tubuh Kepolisian Republik Indonesia, satu nama dari wilayah tengah Sulawesi Selatan mencuri perhatian. Polres Sidenreng Rappang (Sidrap) — daerah agraris yang lebih sering disorot karena produksi berasnya — kini berdiri di barisan terdepan, bukan karena operasi besar atau kasus sensasional, tapi karena keseriusan mereka dalam mengelola dan memasukkan data lalu lintas secara digital.
Dalam Rapat Kerja Teknis Direktorat Lalu Lintas Polda Sulawesi Selatan yang digelar di Makassar, 6 Agustus 2025, Polres Sidrap diumumkan sebagai penerima Predikat Pertama dalam Penginputan E-Turjawali se-Sulsel. Sebuah penghargaan yang tak sekadar simbol administratif, tapi cermin dari kepemimpinan yang presisi dan konsistensi personel di lapangan.
Tema besar rakernis tahun ini — “Polantas Presisi di Era Digital Mendukung Terwujudnya Asta Cita untuk Masyarakat” — menjadikan capaian Polres Sidrap relevan secara kontekstual. Mereka bukan hanya mengikuti perkembangan teknologi, tapi benar-benar meresapi esensi transformasi: bahwa presisi bukan hanya slogan, melainkan metode kerja.
Adalah AKP Abang Lahmuddin., S.H, Kasat Lantas Polres Sidrap, yang menjadi salah satu figur kunci di balik capaian ini. Bukan melalui inovasi seremonial, melainkan lewat kerja riil yang setiap hari mereka lakukan: pengaturan arus lalu lintas di titik-titik rawan kemacetan. Ketika pagi dan sore hari jalan-jalan utama Sidrap mulai padat, personel Turjawali selalu hadir — tak hanya untuk mengurai, tapi juga menjaga ketertiban agar masyarakat tetap bisa beraktivitas dengan aman.
Melalui sistem E-Turjawali, setiap kegiatan pengaturan, penjagaan, pengawalan, dan patroli tercatat secara real time dan berkelanjutan. Tak ada ruang bagi ketidakhadiran. Tak ada waktu untuk lengah. Semua terdokumentasi, semua terukur.
“Bagi kami, E-Turjawali bukan sekadar alat pencatat. Ia menjadi refleksi dari kedisiplinan, keteraturan, dan konsistensi,” kata Abang Lahmuddin. Ia menegaskan bahwa kerja-kerja di simpang jalan saat jam sibuk jauh lebih bernilai daripada sekadar rutinitas administratif yang tak menyentuh langsung masyarakat.
Dalam wawancara terpisah, Kapolres AKBP Dr. Fantry Taherong, S.H., S.I.K., M.H., menekankan bahwa penghargaan ini bukanlah tujuan akhir, melainkan batu loncatan untuk pelayanan yang lebih baik.
“Ini bukan tentang siapa paling cepat input data, tapi siapa yang paling disiplin menjalankan tugas harian dengan penuh tanggung jawab. Karena di era presisi, keakuratan dan transparansi adalah dua hal yang tak bisa ditawar,” ujar Fantry.
Kapolres menambahkan bahwa sistem digital seperti E-Turjawali sejatinya hanyalah alat. Di balik semua itu, kata dia, tetap dibutuhkan integritas personel dan kepemimpinan lapangan yang kuat.
“Saya selalu sampaikan ke jajaran, jangan kerja hanya untuk mengejar angka. Kerjalah karena kita sadar bahwa tugas ini melekat kepercayaan publik. Data itu penting, tapi niat dan cara kita bekerja jauh lebih penting,” tegasnya.
Di tengah era ketika kepercayaan publik terhadap aparat negara sangat bergantung pada transparansi, langkah Polres Sidrap bisa menjadi contoh baik. Ketika banyak instansi masih bergulat dengan output konvensional, mereka memilih jalan presisi — sebuah narasi yang layak dirayakan, bukan karena prestise, tapi karena keteladanan. (*)
Editor: Edy Basri
Tidak ada komentar