KUALA LUMPUR, Katasulsel.com — Dalam semangat memperingati bulan kemerdekaan, suasana berbeda terasa di SB Pandan Jaya, Sekolah Indonesia Kuala Lumpur (SIKL), Malaysia, pada Kamis, 7 Agustus 2025. Sebuah seminar bertajuk Sejarah Kemerdekaan Indonesia yang diselenggarakan oleh mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Internasional menghadirkan gairah nasionalisme di tengah para pelajar diaspora Indonesia.
Kegiatan ini tak sekadar menjadi agenda seremoni tahunan, namun tampil sebagai ruang kontemplasi sejarah dan perenungan makna kemerdekaan oleh generasi muda Indonesia di tanah rantau. Salah satu pemateri seminar, Ardy Sanjaya—mahasiswa Ilmu Pemerintahan yang sedang melaksanakan KKN di Malaysia—mengajak para pelajar untuk tidak melupakan akar sejarah bangsa.
“Pengetahuan sejarah bukan sekadar hafalan tanggal atau nama tokoh. Ia adalah fondasi jati diri. Di tengah derasnya arus globalisasi, penting bagi anak-anak bangsa di luar negeri untuk tetap ingat siapa mereka,” ujar Ardy di hadapan para peserta yang terdiri dari siswa Sanggar Bimbingan, rekan mahasiswa KKN, dan para guru pendamping.
Menurut Ardy, memahami perjuangan para pahlawan adalah langkah awal untuk mencintai tanah air dengan utuh. Ia mengingatkan bahwa identitas nasional tidak akan terbentuk tanpa kesadaran sejarah yang kuat.
Diskusi yang menyertai sesi seminar berlangsung hangat dan interaktif. Para pelajar menunjukkan antusiasme yang tinggi, menandakan bahwa semangat nasionalisme tidak pernah benar-benar padam—hanya menunggu untuk dibangkitkan kembali.
Kepala Sekolah SB Pandan Jaya, Fauzi Al Faizin, dalam sambutannya menyampaikan apresiasi atas pelaksanaan kegiatan ini. Ia menilai seminar ini memiliki kontribusi strategis dalam memperkuat karakter kebangsaan di kalangan pelajar diaspora.
“Kegiatan ini bukan hanya edukatif, tetapi juga transformatif. Ia menjadi bagian penting dari pembentukan identitas anak-anak Indonesia yang besar jauh dari tanah kelahirannya,” tutur Fauzi.
Program KKN Internasional di Malaysia ini memang tak semata berorientasi pada pengabdian sosial. Ia membawa misi lebih luas: menjaga warisan keindonesiaan dan menyalakan api nasionalisme di lingkungan diaspora—bahwa meski jauh dari tanah air, semangat merah putih tetap menyala di dada. (*)
Editor: Tipue Sultan
Tidak ada komentar