Sidrap, Katasulsel.com – Dari hamparan sawah di Kelurahan Majjelling, Kecamatan Maritengngae, Sidrap kembali meneguhkan dirinya sebagai jantung pangan Sulawesi Selatan. Panen raya musim tanam April–September yang dipimpin langsung Bupati Syaharuddin Alrif, Jumat (22/8/2025), mencatat sejarah baru: serapan beras tertinggi sepanjang perjalanan Bulog selama 57 tahun.
Apresiasi datang dari Pemimpin Wilayah Bulog Sulselbar, Fahrurozi, yang menyebut capaian Sidrap sebagai bukti harmoni antara pemerintah daerah, TNI, dan masyarakat tani. “Ini rekor sepanjang sejarah, bahkan mendapat perhatian khusus dari Direksi Bulog dan Kementerian. Sidrap membuktikan bahwa kerja sama bisa membuat petani benar-benar tersenyum,” ucapnya penuh bangga.
Tak hanya berhenti pada capaian masa lalu, Sidrap menatap musim tanam September–Desember dengan optimisme. Target produksi dipatok 125 ribu ton beras atau setara 225 ribu ton gabah, seluruhnya dengan jaminan serapan oleh Bulog. “Harga jelas, Rp6.500–Rp6.800 per kilogram, ditimbang langsung di kelompok tani. Tidak ada ruang bagi permainan pedagang. Petani merasa terlindungi,” tegas Bupati Syaharuddin.
Lebih jauh, pemerintah daerah bahkan turun langsung mengelola lahan 1.000 hektare dengan benih seragam. Produktivitas diharapkan tembus 9 ton per hektare. “Kita ingin memastikan produksi tinggi, harga stabil, dan kesejahteraan benar-benar dinikmati petani,” imbuhnya.
Keberhasilan Sidrap tak lepas dari dukungan TNI. Kodim Sidrap dinobatkan sebagai salah satu Dandim terbaik di Indonesia, sementara Babinsa hadir mendampingi petani hingga ke sawah. Satu langkah yang sejalan dengan visi Presiden untuk menegakkan kedaulatan pangan melalui kesejahteraan petani.
Kini, Sidrap bukan sekadar kabupaten penghasil beras. Ia tampil sebagai teladan nasional tentang bagaimana politik pangan bisa dibumikan: melalui keberanian melindungi harga, konsistensi mendukung benih dan pupuk, serta sinergi yang merangkul semua unsur.
Di tengah riuh rendah perdebatan nasional soal pangan, Sidrap mengirimkan pesan yang sederhana namun kuat: kedaulatan pangan bukanlah wacana, melainkan hasil kerja kolektif yang lahir dari sawah, dari keringat petani, dan dari keberanian pemerintah daerah memberi kepastian.
Dengan capaian itu, pantaslah Sidrap kembali dicitrakan sebagai episentrum pangan nusantara, sekaligus penegas identitas Sulawesi Selatan sebagai tanah subur yang memberi makan bangsa.
Editor: Tipue Sultan
Tidak ada komentar