Kalimat itu keluar begitu saja, dari seorang jenderal polisi berpangkat bintang dua. Dia adalah Irjen Pol. Drs. Rusdi Hartono, M.Si–Kapolda Sulawesi Selatan
Oleh: Edy Basri
SORE itu, di lereng Puncak Bila, Sidrap. Udara cukup sejuk. Ratusan orang berkumpul untuk melihat persiapan Jambore Daerah KBPP Polri.
Semua mata awalnya tertuju pada tenda-tenda, panggung, dan spanduk acara. Tapi perhatian segera beralih, begitu Kapolda mulai bicara tentang sesuatu yang tidak ada di rundown: seorang bupati.
“Syukur punya pemimpin seperti bupati saat ini,” katanya.
Seketika suasana berubah. Semua yang hadir menoleh ke arah Bupati Sidrap, Syaharuddin Alrif.
Rusdi tidak berhenti di situ. Ia bercerita tentang jalan yang sudah bertahun-tahun dikeluhkan warga.
Jalan yang memaksa tiga desa berputar 117 kilometer hanya untuk ke kota kecamatan. “Tapi sekarang, dengan semangat beliau, jalur itu disulapnya jadi 47 kilometer. Ini luar biasa,” katanya, suaranya terdengar seperti bukan sekadar memuji, tapi sungguh kagum.
Kagum, karena ucapan itu tidak berhenti di angka. Irjen Rusdi lalu menambahkan sesuatu yang membuat orang tersenyum.
“Terus terang, walaupun saya bintang dua, saya belajar dari beliau. Pemimpin itu harus melayani masyarakatnya,” ketusnya.
Itu kalimat yang jarang terdengar. Seorang jenderal, mengaku belajar dari seorang bupati.
Sebagai jurnalis, saya sempat menangkap cara Kapolda menyelipkan logika sederhana.
Ia bercerita bagaimana pertama kali bertemu H. Syaharuddin Alrif di Polda beberapa waktu sebelumnya.
Saat itu, sang bupati muda bicara dengan penuh semangat ingin membangun tanah kelahirannya.
“Dalam batin saya, ini orang boleh juga. Dan, setelah saya datang langsung ke Sidrap, ternyata batin saya tidak salah. Bupatinya memang energik,” ujarnya.
Bersambung…
Tidak ada komentar