Tidak berhenti di situ, saat ini Sandi tengah menantikan hasil review dari dua artikel Q1 lainnya yang masih berada dalam tahap evaluasi (under review). Jika keduanya lolos, maka jumlah publikasinya akan semakin memperkuat posisi akademiknya di tingkat internasional.
Perjalanan Penuh Tantangan
Dalam refleksinya, Sandi menegaskan bahwa keberhasilan publikasi internasional bukanlah perkara kecerdasan semata, tetapi lebih pada kekuatan mental, konsistensi, dan kerja keras.
“Menulis itu bukan soal pintar saja, tapi perlu effort dan mental yang kuat,” ujarnya. Ia mengaku bahwa perjalanan publikasinya penuh lika-liku. Pada tujuh bulan pertama, hampir semua naskah yang dikirimkan hanya berujung pada penolakan. Namun, alih-alih menyerah, ia menjadikan setiap penolakan sebagai bahan pembelajaran.
“Setiap penolakan memberi saya pelajaran baru. Saya terus belajar, memperbaiki kualitas tulisan, membaca lebih banyak artikel global, dan berusaha memahami serta memodifikasi aspek penting agar sesuai standar internasional,” tambahnya. Menurutnya, motivasi yang naik-turun adalah hal wajar, tetapi kuncinya adalah rajin membaca literatur global, meng-upgrade pengetahuan setiap saat, dan terus menulis tanpa menyerah.
Inspirasi Bagi Akademisi Muda
Capaian Sandi Lubis ini menjadi bukti bahwa dosen dan peneliti dari daerah pun mampu menembus panggung global dengan karya ilmiah yang berkualitas. Lebih dari sekadar prestasi individu, hal ini juga memberi kebanggaan bagi UMS Rappang dan menjadi inspirasi bagi mahasiswa serta akademisi muda di Indonesia untuk berani bermimpi besar.
Dengan konsistensi, keberanian menghadapi penolakan, dan semangat untuk terus belajar, Sandi menunjukkan bahwa publikasi di jurnal internasional bereputasi bukanlah hal mustahil. Justru, hal tersebut bisa dicapai melalui kerja keras, mental baja, serta komitmen yang kuat untuk terus berkembang.(*)
Editor: Tipue Sultan
Tidak ada komentar