Oleh: Edy Basri
Tapi, Selasa pagi, 26 Agustus 2025, Masjid Nurul Islam di Kelurahan Empagae, Sidrap, membuktikan: hidup kadang memilih jalan paling aneh untuk lahir.
Seorang bayi perempuan, mungil dan sehat, ditemukan tergeletak di lantai toilet. Warga yang menemukannya semula hanya terganggu oleh suara air keran yang dibiarkan terbuka.
Tapi siapa sangka, niat mematikan air justru menguak sebuah kisah yang membuat satu kampung terhenyak.
Bayi itu masih merah. Wajahnya bersih. Nafasnya teratur. Tidak ada apa-apa yang melekat di tubuhnya, selain keberanian untuk hidup.
Tidak ada kain pembungkus. Tidak ada pelukan ibu. Hanya sunyi, hanya dingin, hanya suara air yang terus mengalir.
Kabar menyebar cepat. CCTV masjid memperlihatkan ada dua orang datang dengan mobil. Masuk sebentar. Lalu pergi. Beberapa menit setelah itu, tangisan bayi muncul. Semudah itu hidup ditinggalkan.
Tapi yang sulit adalah menjawab pertanyaan: kenapa?
Apakah karena takut? Karena malu? Atau karena benar-benar tidak sanggup?
Di Empagae, spekulasi bermunculan. Warga ada yang marah, ada yang kasihan. Ada yang mencibir, ada pula yang diam-diam mendoakan.
Seperti selalu, tragedi semacam ini memecah masyarakat ke dalam dua kubu: yang menilai keras, dan yang berusaha memahami.
Kapolsek Maritengngae, Irwan, sudah mengonfirmasi. Polisi bekerja, menelusuri siapa orang tua dari bayi itu. Bayi sendiri sudah dibawa ke puskesmas.
Tubuh kecilnya kini dalam perawatan. Nasibnya, entah akan berlanjut ke mana.
Bersambung…
Tidak ada komentar