Oleh: Edy Basri
Yang telepon itu: H. Bahar Yahya. Orang Sidrap menyapanya Syech Bahar Yahya. Atau lebih populer: SBY.
Bukan politisi. Tapi sempat digadang masuk bursa Pilkada Sidrap tahun lalu. Tidak jadi maju. Namun nama terlanjur harum. Ya, siapa yang tidak kenal? Bos parfum dari Sidrap.
Kantor pusat di Makassar. Cabang di Jakarta. Surabaya. Medan. Dan akan merambah kota besar lain. SBY pemilik jaringan parfum terbesar di Indonesia timur.
Kebetulan saya di Makassar. Sejak kemarin. Beberapa hari ke depan. Wisuda anak di Claro Hotel. Jadi, undangan malam itu: pas.
Ba’da magrib. Saya ke Jl Sunu. Saya kira restoran. Ternyata rumah pribadinya.
Rumah besar. Depannya seperti showroom parfum. Rak kaca penuh botol. Harum menyerbu begitu saya masuk.
Saya merasa tepat waktu. Nyatanya, SBY sudah lama menunggu.
“Mari naik,” katanya, senyum tipis.
Kami masuk lift. Naik ke lantai empat.
“Di atas lebih enak.”
Benar. Luas. Lega. Sofa besar. Lampu hangat. Wangi parfum menyatu dengan udara.
Obrolan pun mengalir. Tentang Sidrap. Tentang perantau Sidrap. Tentang peluang bisnis.
SBY bicara santai. Tapi padat isi. Kalimatnya pendek. Tapi berisi angka. Strategi. Insting.
“Saya ini tidak hanya parfum. Sekarang sudah mulai tambang emas di Nabire,” ujarnya pelan.
Saya terdiam. Dari parfum ke emas. Dari wangi ke logam mulia. Jauh. Tapi begitulah dunia usaha. Diversifikasi. Ekspansi. Portofolio.
“Sudah jalan produksinya. Modal beberapa miliaran.”
Bersambung ke Halaman 2…
Tidak ada komentar