Oleh: Edy Basri
Sepak bola anak-anak itu memang ajaib. Ada semangat yang tak bisa dibeli, ada tawa yang tak bisa ditiru.
Dari kakinya yang mungil, bola itu seperti benda paling serius di dunia. Dan Sidrap pekan lalu membuktikannya.
Biasanya, Kabupaten ini dikenal sebagai lumbung padi Sulawesi Selatan.
Tapi pekan lalu, ia mendadak jadi pusat perhatian sepak bola usia dini.
Piala Menpora Apsumsi III Regional Makassar D digelar di Lapangan M. Djunaid Hamzah, Desa Polewali, Kecamatan Tellu Limpoe.
Lapangan yang biasanya hanya tempat anak muda latihan sore-sore, berubah jadi “stadion mini modern” lengkap dengan lampu yang bikin pertandingan bisa berlangsung dari pagi sampai malam.
Hebatnya, semua ini terjadi karena seorang bupati produktif, H. Syaharuddin Alrif, dan Kepala Desa Abdillah Yasin yang total mencintai sepak bola.
Mereka tidak cuma menonton, tapi memastikan lapangan terbaik siap dipakai anak-anak. Bisa dibilang, mereka bikin sawah dan lapangan sama seriusnya.
Hasilnya? Turnamen meriah. Puluhan tim dari berbagai kabupaten se-Sulsel hadir. Dari Parepare, Pinrang, Soppeng, hingga Sidrap sendiri. Ribuan mata menonton, sorak sorai sampai ke pematang sawah.
Di kategori U10, final mempertemukan Pesat Junior Sidrap dan Golden Warrior Parepare. Dua tim ini sudah terkenal sebagai lumbung talenta muda.
Hasilnya? Pesat keluar sebagai juara, Golden Warrior kedua, sementara Bersama Palaloi Parepare dan Lanrang Sidrap berbagi tempat ketiga.
Di U12, Merpati Pinrang menaklukkan Bharaduta Soccer Sidrap, dengan Kijang Pinrang dan Sewo Soppeng berbagi posisi tiga.
Juara U10 dan U12 bukan sekadar bawa pulang trofi. Mereka berhak atas “Golden Ticket” ke seri Regional D Magelang. Tiket itu ibarat paspor menuju mimpi besar, mungkin suatu hari mereka bakal mengenakan jersey merah putih.
Ada juga penghargaan individu. Alby, si penyerang kecil dengan naluri predator, jadi top skor. Al Fat dari Pesat Junior sebagai kiper terbaik. Lalu Nelun, kapten nomor 18, tampil penuh wibawa di lini tengah. Sekarang mungkin masih asing, tapi siapa tahu 10 tahun lagi kita soraki mereka di televisi nasional.
Bersambung………..
Tidak ada komentar