Sidrap, katasulsel.com – Di Desa Passeno, Kecamatan Baranti, lapangan sepak bola bukan sekadar tempat orang menendang bola.
Lapangan itu adalah ruang mimpi, ruang kebersamaan, dan ruang identitas.
Lapangan Abdul Kadir Ali, nama yang sudah melekat di hati warga Simpo, kini sedang berubah wujud.
Selasa (30/9/2025), suasana begitu hidup. Puluhan warga Simpo berseliweran membawa sekop, ember, dan senyum.
Ada H. Yayang yang serius mengatur cor jalan, ada Subhan yang sesekali bercanda sambil memegang sekop, dan tentu saja Kepala Desa Andi Yusuf yang ikut memantau dan memberikan semangat.
Jalan cor sepanjang 400 meter itu lahir dari kesadaran sederhana: bila ingin fasilitas umum bagus, ya kita buat sendiri.
Swadaya masyarakat ditambah donasi dari warga yang sukses merantau menjadi modal utama. “Alhamdulillah, ini semua bisa terwujud berkat dukungan seluruh warga,” kata H. Yayang.
Bukan hanya jalan cor. Di sisi lain lapangan, warga sedang menebang pohon.
Nantinya, di sini akan dibangun jembatan penghubung ke jalan poros. Dua jembatan, katanya, akan memudahkan warga dan menambah cantik lapangan.
Satu jembatan sudah ada, satunya lagi berkat H. Surianto—atau H. Anto, pengusaha Simpo yang sukses di perantauan.
H. Zulkifli Zain SH, anggota DPRD Sulsel, yang oleh masyarakat Sidrap lebih mengenalnya Haji Pilli, hadir.
Dia tak hanya memberi ucapan, tapi ikut turun tangan.
“Antusiasme masyarakat luar biasa. Banyak donasi dari pengusaha sukses Simpo yang merantau,” ujarnya sambil memeriksa jalannya cor.
Yang menarik, semua ini murni gotong royong. Tidak ada uang APBDes yang tersentuh. Semua dari warga dan mereka yang peduli pada kampung halaman.
Haji Pilli bahkan tersenyum sambil ikut memikul ember cor. “Sebagai wakil rakyat, ya ikut juga sebagai warga,” ujarnya ringan.
Di sinilah esensi gotong royong terlihat nyata. Lapangan, jalan cor, jembatan—bukan sekadar fisik.
Ia adalah simbol bagaimana mimpi warga bisa terwujud bila hati dan tenaga bersatu.
Desa Passeno hari itu tidak hanya membangun lapangan. Mereka membangun rasa kebersamaan, dan itu jauh lebih berharga dari beton atau aspal.(*)
Editor: Edy Basri
Tidak ada komentar