Namun, ironi tetap ada. Kepala daerah dihadapkan pada paradoks: dipangkas anggaran, tapi diharapkan tetap menepati janji pembangunan.
Syaharuddin menyebut hal ini sebagai tantangan sekaligus ujian kreativitas.
Sementara itu, arahan Wamendagri agar kepala daerah hafal data, berinovasi, dan menyisir potensi baru terdengar logis, tapi terasa seperti permintaan superhero di tengah realitas dana yang menyusut.
Sidrap pun menjadi contoh nyata. Kepala daerah harus cerdik dalam mengelola keterbatasan, memastikan masyarakat tetap menerima layanan publik, sekaligus menjaga ekonomi rakyat bergerak.
Strategi yang diterapkan termasuk penguatan sektor pertanian dan peternakan, mendukung panen jagung yang baik, naiknya harga telur, serta meningkatnya permintaan beras.
Semua ini menjadi penyangga ekonomi rakyat di tengah tekanan anggaran.
Tidak ada komentar