Strategi ini dimaksudkan agar setiap rupiah anggaran dimanfaatkan secara optimal, sekaligus menjaga roda ekonomi tetap bergerak.
Meski dana terbatas, Syaharuddin menegaskan bahwa ekonomi masyarakat Sidrap masih menunjukkan geliat positif. Harga telur naik, panen jagung melimpah, dan permintaan beras meningkat. “Alhamdulillah, ekonomi rakyat masih bergerak,” ujarnya, menekankan bahwa ketahanan ekonomi warga menjadi penyangga di tengah tekanan anggaran.
Namun, tantangan terbesar tetap ada. Kepala daerah dituntut untuk berinovasi, memaksimalkan potensi lokal, dan tetap menjaga pelayanan publik di tengah pemangkasan yang signifikan.
Tanpa langkah nyata, lima daerah ini—Pinrang, Jeneponto, Bantaeng, Sidrap, dan Makassar—berisiko menghadapi perlambatan pembangunan, stagnasi ekonomi, dan menurunnya kualitas layanan publik di tahun 2026.
Pesan tersirat jelas: pengurangan TKD bukan sekadar masalah administrasi, tapi ujian nyata bagi kreativitas dan keberanian kepala daerah.
Jika daerah berhasil mengelola keterbatasan anggaran dengan cermat, pertumbuhan ekonomi dan pelayanan publik bisa tetap berjalan. Jika tidak, masyarakat akan merasakan dampak paling nyata.
Sidrap, khususnya, menjadi contoh daerah yang bergerak cepat, memastikan bahwa keterbatasan dana tidak menghentikan laju ekonomi rakyat, namun menuntut kepala daerah untuk lebih cerdas, kreatif, dan inovatif.
Lima daerah ini kini menghadapi 2026 sebagai tahun ujian: apakah mereka akan mampu bertahan, atau anggaran yang dipangkas akan menghambat pembangunan dan kesejahteraan rakyat.(*)
Editor: Tipue Sultan
Tidak ada komentar