Wajo, Katasulsel.com — Di antara deretan kios yang catnya mulai pudar dan atap seng berkarat, suara keluhan pedagang Pasar Rakyat Salojampu terdengar semakin lantang. Sepinya pembeli sudah jadi masalah lama. Tapi kini, satu hal lain membuat napas para pedagang makin sesak: tarif sewa kios dan lods melonjak tajam — tanpa penjelasan yang memadai.
“Kami kaget, tiba-tiba naik berkali lipat. Tidak ada pemberitahuan sebelumnya,” ujar seorang pedagang sayur, matanya menatap ke arah atap bocor yang menetes pelan ke dagangannya. “Dulu Rp12 ribu sebulan, sekarang Rp50 ribu. Itu baru lods, belum kios.”
Dari penelusuran Tim Investigasi Katasulsel.com, kondisi Pasar Salojampu memang jauh dari layak. Banyak atap bocor, dinding retak, dan saluran air mampet. Saat hujan, beberapa petak bahkan tergenang. Sebagian pedagang memilih tutup sementara karena tak sanggup menahan beban kerugian.
Ironisnya, di tengah kondisi seperti itu, tarif sewa justru naik berlipat.
Lods: dari Rp12 ribu menjadi Rp50 ribu per bulan
Kios: dari Rp50 ribu menjadi Rp100 ribu per bulan
Kenaikan ini dinilai tak masuk akal oleh pedagang kecil yang kini harus bertahan di tengah sepinya pembeli dan naiknya harga bahan pokok.
“Dulu masih bisa kami tahan. Sekarang, harga-harga naik, pembeli berkurang, tapi beban makin berat. Bangunannya pun bocor semua,” keluh seorang pedagang yang memilih anonim.
Masalah lain muncul di lods baru. Setengah dari total petak justru kosong — bukan karena tak diminati, tapi karena ukurannya terlalu sempit. Banyak pedagang harus menyewa dua petak agar barang dagangan mereka cukup tertampung.
“Lods baru kecil sekali. Saya harus sewa dua petak supaya muat. Jadi Rp100 ribu per bulan. Itu sama saja dengan harga kios, padahal tempatnya sempit,” kata seorang pedagang bahan pokok.
Lebih parah lagi, ada pedagang yang mengaku diminta membayar dua tempat sekaligus: satu tempat lama yang bocor, dan satu tempat baru yang ia tempati sementara.
“Katanya dua-duanya tetap harus dibayar, padahal satu sudah tidak bisa dipakai.”
Kondisi pasar pun makin tak beraturan. Banyak pedagang memilih berjualan di area terminal luar pasar, karena lebih ramai dan bebas pungutan. Di dalam, penataan acak: penjual ikan bercampur dengan pedagang pakaian, sayur bertetangga dengan sandal dan kosmetik.
Bersambung…
Tidak ada komentar