
Oleh: Edy Basri
“Kalau harganya seratus ribu, cukup bayar lima puluh ribu,” kata H. Zulkifli Zain, Ketua DPD Partai Golkar Sidrap, Kamis siang itu di sekretariat partai di Jalan Lanto Dg. Pasewang.
Nada suaranya datar, tapi kalimatnya membuat semua mata tertuju padanya.
Golkar Sidrap sedang bersiap menyambut ulang tahun ke-61 Partai Golkar. Tapi tak ada pesta besar. Tak ada panggung megah. Yang ada: rapat kecil, semangat besar.
Mereka bicara tentang pasar murah. Tentang anjangsana ke panti asuhan, ziarah ke makam pahlawan, dan silaturahmi pinisepuh Golkar.
Tentang bagaimana membuat ulang tahun partai terasa dekat — bukan hanya bagi kader, tapi juga rakyat.
“Ini bukan sekadar seremoni,” ujar Zulkifli. “Kami ingin masyarakat benar-benar merasakan kehadiran Golkar.”
Ribuan paket sembako disiapkan. Isinya sederhana: beras, gula, minyak goreng, dan susu. Nilainya seratus ribu. Tapi cukup ditebus lima puluh ribu. Separuh harga. Separuh beban.
Tak berhenti di situ. Akan ada pemeriksaan kesehatan gratis. Akan ada kunjungan ke tokoh-tokoh senior Golkar, mereka yang dulu menanam akar beringin ini dengan tangan sendiri.
Zulkifli ingin semua kegiatan ini menjadi pengingat: bahwa partai ini lahir bukan dari kekuasaan, tapi dari semangat kebersamaan.
Rapat itu selesai menjelang Isya. Tapi suasana sekretariat belum juga sepi. Beberapa pengurus masih duduk di teras, meneguk kopi hitam, membahas logistik. Tak ada yang bicara tentang kursi DPRD. Yang dibicarakan: harga beras, gula, minyak goreng.
Politik, bagi mereka, tidak sedang tinggi-tinggi amat. Ia ada di dapur. Di meja makan. Di antara warga yang menimbang harga dan kebutuhan.
Beringin itu sudah 61 tahun berdiri. Di Sidrap, ia masih rindang. Masih meneduhkan. Masih punya akar yang menancap dalam di tanah rakyat kecil.
Dan mungkin di situlah makna ulang tahun sesungguhnya: bukan pesta besar, tapi kepedulian yang sederhana — dan benar-benar dirasakan. (*)
Tidak ada komentar