Oleh: Edy Basri
Iya benar, petani padi di Enrekang saat ini tengah berbahagia. Mereka menagis, tapi menangis bahagia
Mereka tak perlu lagi cemas menatap langit. Tak perlu menengadah terlalu lama setiap kali mendung menggantung.
Karena kini, gagal panen tidak lagi berarti gagal hidup.
Langit Enrekang memang kerap berubah-ubah. Kadang hujan datang terlalu cepat, kadang panas terlalu panjang.
Petani di sini sudah hafal tanda-tandanya — tapi tetap saja tak bisa melawan nasib.
Bertahun-tahun mereka menanggung sendiri kerugian setiap kali air terlalu deras, atau tikus datang lebih cepat dari panen.
Namun Senin, 20 Oktober 2025, sesuatu berubah.
Di bawah atap Kantor Bupati Enrekang, pena menandai sejarah kecil yang mungkin akan diingat lama oleh para petani.
Pemerintah Kabupaten Enrekang menandatangani kerja sama dengan PT Asuransi Jasa Indonesia (Jasindo).
Intinya sederhana: petani yang gagal panen, akan mendapat ganti rugi.
Bupati H. Muh. Yusuf Ritangnga menepati janjinya. Ia datang bersama Wakil Bupati Andi Tenri Liwang La Tinro — dua orang yang tampak tenang tapi membawa kabar besar.
Mereka menyebutnya bagian dari komitmen lama: mensejahterakan petani, bukan dengan janji, tapi dengan perlindungan.
“Kami ingin petani punya rasa aman,” kata Yusuf Ritangnga pelan, tapi tegas.
“Kalau gagal panen, mereka bisa bangkit lagi. Ini awal dari sistem pertanian yang lebih kuat dan berkeadilan.”
Usman, petani dari Kecamatan Cendana, mendengarnya sambil mengangguk.
Ia tidak paham benar soal MoU, tapi ia paham satu hal: kali ini pemerintah benar-benar hadir.
“Kalau panen rusak karena banjir, masih ada ganti rugi. Paling tidak bisa tanam lagi,” ujarnya dengan mata berkaca.
“Terima kasih buat Pak Bupati. Baru kali ini kami merasa diperhatikan sungguh-sungguh.”
Bagi petani seperti Usman, asuransi itu seperti kata asing yang baru diterjemahkan oleh pengalaman. Bukan sekadar kertas, tapi harapan.
Mereka sudah terlalu sering kalah oleh alam. Tapi sekarang, ada sesuatu yang bisa menahan jatuhnya mereka — tidak keras, tapi cukup lembut untuk membuat mereka berdiri lagi.
Kerja sama ini dimulai dari komoditas padi.
Langkah kecil, tapi jelas arahnya. Pemerintah sudah menyiapkan kajian agar bawang merah, kebanggaan Enrekang, juga ikut diasuransikan.
“Kami sedang mengkaji agar petani bawang juga bisa dijamin,” kata Bupati Yusuf.
“Mereka juga tulang punggung ekonomi daerah.”
Ucapan itu sampai juga ke telinga Nurhayati, petani bawang dari Baraka.
Ia tertawa kecil, lalu berkata,
“Kalau nanti bawang juga bisa diasuransikan, kami lebih tenang. Kadang kami tanam pakai uang pinjaman. Kalau gagal, ya habis semua. Tapi sekarang kami percaya, Bupati Yusuf bisa wujudkan itu.”
Di Enrekang, pertanian bukan hanya pekerjaan. Ia bagian dari hidup. Dari cara orang berdoa, cara mereka bertahan, bahkan cara mereka tersenyum.
Dan kini, lewat program ini, petani tidak lagi sendirian melawan takdir cuaca.
Langkah ini mungkin kecil. Tapi setiap perubahan besar memang selalu dimulai dari langkah kecil — dari pena yang menandatangani kertas, dari keyakinan bahwa peluh petani layak dihargai.
Pagi itu, di pematang sawah yang masih basah, beberapa petani menatap ke langit. Tidak lagi dengan cemas. Tapi dengan harapan.
Air yang menggenang di sawah itu mungkin akan surut, tapi air mata bahagia mereka hari itu, tidak.
(*)
Tidak ada komentar