Mahasiswa Pinrang “Marah”: BBM Langka, Petani Menjerit di Musim Panen, Kapolres Janji TindakPinrang, katasulsel.com — Asap hitam mengepul di depan Mapolres Pinrang, Kamis (23/10/2025). Puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Cokroaminoto turun ke jalan, membawa bara amarah dan tumpukan ban bekas yang mereka bakar sebagai simbol protes terhadap dugaan penyalahgunaan BBM bersubsidi di wilayah Pinrang.
Teriakan mereka memecah udara siang itu. Spanduk bertuliskan “Selamatkan BBM Rakyat, Jangan Rampas Hak Petani” terbentang di antara asap dan panas aspal. Aksi ini bukan sekadar ritual tahunan mahasiswa, melainkan luapan kekecewaan atas kelangkaan solar yang kini membuat petani di Pinrang kelimpungan.
“Ini sudah terang-terangan terjadi di sejumlah SPBU. Kami punya bukti visual, dan masyarakat pun tahu siapa yang bermain,” ujar Arlius, Koordinator BEM Cokroaminoto, usai orasi.
Menurutnya, praktik kecurangan ini bukan lagi isu liar.
Ada dugaan kuat BBM subsidi disalurkan ke pihak yang tidak berhak, sementara petani—yang mestinya prioritas—justru tak kebagian.
“Sekarang musim panen. Petani butuh solar untuk combine harvester mereka. Tapi stok di SPBU habis, sementara truk-truk tangki masih mondar-mandir. Ini jelas ada yang tidak beres,” tegasnya.
Mahasiswa mendesak aparat kepolisian segera turun menindak. Mereka menuding ada oknum yang bermain mata dengan pengusaha atau pemilik SPBU, menjadikan BBM subsidi sebagai komoditas bisnis gelap di tengah penderitaan rakyat.
Menanggapi hal itu, Kapolres Pinrang AKBP Edy Shabara Manggabarani memastikan pihaknya tak akan tinggal diam.
“Yah, pasti kita akan tindak. Tidak ada toleransi bagi oknum yang menyalahgunakan BBM bersubsidi,” ujarnya tegas, menegaskan komitmen penegakan hukum di sektor yang kerap menjadi ladang penyimpangan tersebut.
Namun di lapangan, persoalan belum sesederhana itu. Sementara aparat masih menelusuri rantai distribusi, antrean di SPBU terus mengular. Traktor-traktor petani berhenti di pematang sawah karena kehabisan solar, dan di desa-desa, kemarahan rakyat mulai menjelma menjadi kegelisahan sosial.
Aksi mahasiswa hari ini seolah menjadi alarm keras:
Ketika BBM bersubsidi dijadikan bancakan, maka yang terbakar bukan hanya ban bekas di depan Mapolres — tapi juga kepercayaan publik terhadap keadilan sosial yang kian menipis. (hk)
Tidak ada komentar