
Sidrap, Katasulsel.com — Hari baru belum lama merekah di Dusun Kessi Pute, Desa Passeno. Asap masih samar tercium dari sisa-sisa kayu hangus yang kemarin jadi rumah.
Di situ, di antara puing yang kini tak lagi berbentuk, berdiri seorang ibu — wajahnya lelah, matanya masih merah.
Rumah yang ia bangun dengan bertahun keringat, kini rata tanah dalam sejam api bekerja tanpa ampun, kemarin.
Dan Jumat pagi, 24 Oktober 2025 itu, deru kendaraan berwarna kuning menyentuh tanah kampung.
Datanglah Ketua DPD Partai Golkar Sidrap, H. Zulkifli Zain, atau yang akrab disapa H. Pilly, bersama Sekretaris Achmad Shalihin Halim dan beberapa pengurus lainnya.
Mereka tidak datang membawa seragam kebesaran partai, tidak pula pidato panjang. Hanya membawa niat: menemani yang sedang jatuh.
“Tidak ada kata yang cukup untuk menghapus sedih, tapi kami ingin datang, melihat langsung, dan menyentuh tangan yang sedang kehilangan,” ujar H. Pilly pelan, suaranya lirih, tapi tegas seperti biasa.
Kunjungan itu sederhana. Tapi justru di situlah letak harunya.
Tak ada kamera besar, tak ada panggung, hanya rumah yang tinggal arang dan manusia yang mencoba tersenyum di antara reruntuhan.
Korban kebakaran itu kehilangan hampir semua yang ia miliki.
Api pada Kamis, 23 Oktober 2025 pukul 11.00 WITA melahap cepat — tak memberi ruang untuk menyelamatkan apa pun selain pakaian di badan.
Tapi di tengah kehilangan, datang orang-orang yang tak ingin ia merasa sendiri.
Golkar Sidrap menyerahkan bantuan kemanusiaan — bukan besar nilainya, tapi cukup untuk menegaskan bahwa politik bukan hanya soal kursi dan pemilu.
Ada sisi kemanusiaan yang terus hidup di sana.
“Insyaallah, setelah Baznas selesai membangun kembali rumahnya, kami dari Golkar Sidrap akan melengkapi perabotannya,” kata H. Pilly lagi.
“Biar rumah baru itu tak hanya berdiri, tapi juga terasa hidup kembali.”
Ada keheningan sejenak setelah kalimat itu.
Seperti semua orang di situ sepakat bahwa kebaikan, sekecil apa pun, masih punya tempat di dunia yang sering terburu-buru.
Dan ketika rombongan beranjak pergi, si ibu korban kebakaran hanya bisa menatap — bukan dengan mata sedih lagi, tapi dengan mata yang mulai punya sedikit harapan.
Di antara abu yang belum sepenuhnya padam, tumbuh hangat baru: kepedulian yang datang tanpa pamrih.
Karena, seperti kata orang bijak:
kadang bukan api yang paling membakar, tapi sepi setelahnya.
Dan hari itu, Partai Golkar Sidrap datang untuk memadamkan sepi itu.
Sekadar diketahui, bukan cuma pasca kebakaran itu Golkar datang membantu korban.
Pada 2024 lalu, Golkar Sidrap juga sempat membantu korban. Ini menandakan bahwa Golkar Sidrap selalu peduli, setiap saat. (*)
Editor: Tipue Sultan
Tidak ada komentar