Rabu, 05 Nov 2025

Dua Puluh Empat Pena dari Sidrap dan Wajo

Katasulsel.com
4 Nov 2025 12:03
4 menit membaca

Bukan sekadar perjalanan, tapi kisah tentang semangat kecil dari tanah Bugis yang menembus riuh ibu kota.

Oleh: Darwis Lenggang

Dari tanah Bugis yang jauh di timur, saya melihat sendiri bagaimana dua puluh empat wartawan berangkat dengan mata berbinar.

Tak ada protokol. Tak ada karpet merah. Hanya koper, ransel, dan semangat yang terasa lebih berat dari semua barang bawaan mereka.

Mereka menyebut diri sebagai IWO SidrapIkatan Wartawan Online Kabupaten Sidenreng Rappang. Rombongan ini paling banyak di antara peserta Rakernas III IWO tahun 2025 yang digelar di Balai Ismail Marzuki, Jakarta, 28–29 Oktober.

Dua puluh empat orang, termasuk sejumlah jurnalis asal Wajo tergabung di IWO Sidrap. Sebuah angka yang mungkin kecil di mata nasional, tapi besar di hati mereka.

Ketua mereka, Edy Basri, berdiri di depan bus saat berangkat. Tak banyak bicara. Tapi kalimat pertamanya menancap kuat. “Kita berangkat bukan sekadar menghadiri Rakernas, tapi belajar.

Dan sejak itu, perjalanan ini berubah makna.

25 Oktober. Pagi masih muda saat bus besar meluncur dari Sidrap ke Makassar. Jalanan panjang dengan bus milik Pemkab Sidrap, tawa mengisi kabin.

Di kursi belakang, seseorang memutar lagu-lagu Bugis lama. Di kursi depan, beberapa sudah sibuk menyiapkan kamera.

Malamnya, rombongan menginap di Hotel Asia, Jalan Pengayoman. Tapi siapa yang bisa tidur nyenyak, kalau besok pagi akan berlayar ke Jakarta?

Pelabuhan Makassar ramai ketika mereka naik kapal. Ada yang baru pertama kali ke ibu kota. Ada yang baru pertama kali melihat laut selebar itu. Tapi tak satu pun terlihat ragu.

Perjalanan ini seperti hidup wartawan,” kata salah satu dari mereka. “Lama, kadang goyang, tapi selalu bergerak ke depan.”

Empat hari di Jakarta. Mereka menginap di Hotel Mega Cikini, lalu berlanjut di Mess Pemkab Sidrap di Cempaka Putih. Mereka selalu bersama, tetap satu rombongan. Satu semangat.

Saya melihat Edy berdiri di halaman Balai Ismail Marzuki pagi itu. Wajahnya tenang, tapi matanya penuh waspada. Ia memperhatikan satu per satu anggotanya masuk ruangan Rakernas.
Kita bukan tamu di sini. Kita bagian dari rumah besar IWO,” ujarnya pelan.

Dan benar. Di dalam forum, suara Sidrap terdengar. Tidak keras, tapi jernih.

Mereka sempat berbincang dengan Jenderal Polisi (Purn.) Drs. Agus Andrianto, Menteri Imigrasi dan Pemasyarakatan.

Juga dengan beberapa anggota DPR RI lintas fraksi di luar sidang.

Bagi sebagian dari mereka, ini momen pertama berdialog langsung dengan pejabat nasional. Saya melihat rasa kagum itu — seperti anak kecil yang baru menyentuh gedung tinggi untuk pertama kalinya.

Namun, wartawan tetap wartawan. Usai forum, catatan langsung dibuka, kamera disiapkan, dan berita mulai ditulis di layar-layar ponsel.

Jakarta tak hanya memberi ruang belajar, tapi juga kesempatan bernapas.

Di sela Rakernas, mereka berjalan ke Kota Tua, menelusuri Tanah Abang, mampir ke Studio 5 Indosiar, dan berhenti lama di Sarinah Thamrin. Ada Executif Leader Katasulel.com, Ilham Junaedy (IJ) yang setia memfasilitasi.

Di setiap tempat, kamera mereka seperti mata kedua — merekam, bukan sekadar memotret.

Ternyata Jakarta tidak semenakutkan yang dibayangkan,” kata seorang anggota sambil tersenyum. “Cuma lebih cepat dari kita.”

Saya melihat hal yang paling berharga bukan pada acara resminya, tapi di antara waktu-waktu kosong itu.
Saat mereka saling menunggu di restoran.

Saat mereka tertawa karena satu koper tertinggal.
Saat mereka saling menenangkan ketika ada yang pusing di kapal.

Soliditas kecil itu — yang membuat rombongan ini terasa hidup.

Menjelang pulang, Edy mengumpulkan semuanya di lobi mess. Rumah kedua di Jakarta.

Ia berterima kasih kepada Bupati Sidrap, H. Syaharuddin Alrif, Kapolres AKBP Dr Fantry Teherong dan jajaran, juga para mitra IWO yang telah membantu penuh keberangkatan mereka.

Kita pulang dengan koper yang sama, tapi isi kepala kita harus berbeda,” katanya.

Mereka mengangguk. Satu per satu mulai menaikkan koper ke bus. Tapi yang mereka bawa pulang sebenarnya bukan koper.

Yang mereka bawa adalah rasa percaya diri baru: bahwa dari daerah pun, suara bisa sampai ke pusat.

Dan ketika grab-grab itu bergerak meninggalkan Jakarta menuju Tanjung Priok, saya tahu — dua puluh empat pena dari timur itu telah menulis satu bab kecil dalam sejarah IWO. Bab yang ditulis dengan semangat, bukan tinta. (*)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Media Portal Berita Berbadan Hukum

PT WEPRO DIGITAL INDONESIA
Kemenkum HAM RI
No. AHU-0190238.AH.01.11,

Nomor Induk Berusaha: 0809240015028,
Rekening Perusahaan No: 120-003-000013438-6 (Bank Sulselbar)

Jl. Ganggawa No. 149 Tellu Limpoe, Sidenreng Rappang, Sulawesi Selatan. Phone: +62 823 4898 1986

Email:
katasulsel@mail.com (Redaksi)
katasulsel@mail.com ( Marketing )
katasulsel@mail.com ( Kerjasama )