Pasukan pendukung Andi Syaqirah Standing ovation. Serempak.
Suara penonton pecah.
Saya menengok ke arah IJ.
Ia berteriak. Tapi suaranya tenggelam dalam ribuan sorak.
Ia memukul drum kecil di pangkuannya, diikuti ritme oleh barisan belakang.
D’BOSS mulai menggema.
Bukan hanya di studio. Tapi di hati semua yang datang dari jauh.
Selesai lagu, Syakirah menunduk.
Hening beberapa detik.
Lalu tersenyum.
Ia tahu. Ia berhasil.
Saya melihat Fenny berdiri di depan.
Mengangkat tangan.
Menangis.
Bupati di layar kembali muncul, kali ini lewat tayangan ulang VCL.
Matanya berkaca. Suaranya serak.
“Terima kasih, Nak. Engkau membawa nama Sidrap setinggi ini.”
Kata-kata sederhana. Tapi terasa dalam.
Di kursi belakang, saya mendengar bisikan:
“Bupati sampai nangis, ya.”
Yang lain menimpali, “Wajar, ini malamnya Sidrap.”
Setelah panggung padam, suasana masih hangat.
Para pendukung menunggu di pintu keluar.
Satu-satu peserta lewat.
Ketika Syakirah muncul, semua berdiri.
Mereka tidak berteriak. Mereka hanya tepuk tangan pelan.
Rapi. Damai.

Saya berjalan di sampingnya.
Ia masih memegang mikrofon.
Masih tersenyum kecil.
Tidak ada komentar