Makassar, Katasulsel.com — Suasana Kota Makassar pada Minggu (16/11/2025) mendadak dipenuhi aktivitas liputan mahasiswa. Sebanyak 35 tim dari Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Sastra, Ilmu Komunikasi, dan Politik (FSIKP) UMI bergerak serentak menuju 12 titik berbeda untuk menjalankan praktik reportase lapangan, bagian dari mata kuliah Pengantar Jurnalistik.
Setiap tim beranggotakan tiga mahasiswa dengan peran berbeda: reporter, kameramen, dan produser lapangan. Dosen pengampuh mata kuliah, Muhammad Idris, menegaskan bahwa praktik ini dirancang agar mahasiswa benar-benar merasakan tekanan dan dinamika liputan seperti wartawan profesional. “Setelah teori di kelas, saatnya mereka turun dan merasakan sendiri bagaimana menjadi reporter di lapangan,” ujarnya.
Tidak sedikit pengalaman unik dialami para mahasiswa. Muslimah Dwi Syafirah dan Nur Intan mengaku sempat ditolak narasumber hingga tiga kali. Penolakan itu sempat membuat mereka gugup, namun pengalaman tersebut justru membuka wawasan baru tentang karakter pekerjaan jurnalistik. “Akhirnya ada juga yang bersedia diwawancarai. Seru sekali dan menambah experience,” kata Muslimah.
Cerita serupa datang dari Nur Hikamah yang meliput di kawasan Car Free Day (CFD) Universitas Hasanuddin. Tantangan bukan hanya mencari narasumber, tetapi juga urusan administrasi di lapangan. “Ada narasumber yang tak bisa diwawancara karena alasan tertentu. Bahkan kami sempat dimintai surat izin oleh satpam. Ini pelajaran penting tentang kesiapan reporter,” ungkapnya.
Umar, mahasiswa lain yang juga menjalankan liputan, menyebut kegiatan ini sebagai pengalaman paling nyata dalam memahami kerja seorang jurnalis. Ia merasakan langsung bagaimana reporter televisi bekerja, mulai dari pengambilan gambar hingga mengeksekusi pertanyaan di lapangan.
Praktik lapangan ini merupakan implementasi kurikulum Outcome Based Education (OBE) yang menekankan penguasaan kompetensi nyata. Mahasiswa tidak hanya mempelajari teori jurnalistik, tetapi juga diwajibkan menguasai keterampilan teknis mulai dari riset, wawancara, pengambilan visual, hingga manajemen liputan.
Kegiatan tersebut menjadikan seluruh Kota Makassar sebagai ruang belajar terbuka, sekaligus membuktikan bahwa pendidikan komunikasi tidak bisa dilepaskan dari pengalaman empiris di lapangan. Mahasiswa pulang dengan catatan pengalaman berbeda-beda, namun semuanya sepakat bahwa hari itu adalah pelajaran jurnalistik yang sesungguhnya.
Editor: Tipue Sultan
Pos Terkait
Trending Post
Tidak ada komentar